IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Korban Penganiayaan SMPN di Kota Mojokerto Trauma, Pengacara : Kami Minta Penyelesaian Secara Hukum

Avatar of Andy Yuwono
Pengacara korban dugaan penganiayaan siswa SMP Negeri di Kota Mojokerto, Christian Yudha Hariyanto (Redaksi Kabupaten Mojokerto)
Pengacara korban dugaan penganiayaan siswa SMP Negeri di Kota Mojokerto, Christian Yudha Hariyanto (Redaksi Kabupaten Mojokerto)

Kota Mojokerto, Kabarterdepan.com – Korban dugaan penganiayaan siswa salah satu SMP Negeri (SMPN) di Kota Mojokerto, NS (12) mengalami trauma, bahkan ayah korban, NDD (38) saat ini sedang sakit.

Hal ini diungkapkan pengacara korban, Christian Yudha Hariyanto kepada Kabarterdepan.com, Jumat (2/2/2024) pagi. Korban takut untuk ketemu atau berpapasan dengan kelompok mereka.

Responsive Images

“Kondisi korban masih trauma, sehingga masih belum mau ke sekolah. Kami berencana untuk konseling ke psikolog di Surabaya, baik korban maupun orang tuanya. Bahkan, saat ini ayah korban,” tutur Christian Yudha Hariyanto.

Lebih lanjut, Christian mengatakan, hari ini korban dan orang tua seharusnya ada jadwal untuk memberikan keterangan di Polres Mojokerto Kota, karena korban masih trauma atas kejadian tersebut, ayahnya juga sedang sakit.

“Sehingga, kami menghubungi penyidik minta penundaan sampai korban dan orang tuanya sehat. Untuk penyelesaian kasus di kepolisian, kami mendorong diproses sesuai aturan hukum yang berlaku,” tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kota Mojokerto, Ruby Hartoyo menyebut ada mediasi dan surat pernyataan dalam peristiwa dugaan penganiayaan siswa SMP inisial NS (12) di Kota Mojokerto.

Diduga penganiayaan yang dilakukan di lingkungan sekolah itu dilakukan oleh 2 teman korban, yakni RM (12) dan ED (12).

Hal itu dikatakan Ruby kepada Kabarterdepan.com melalui sambungan telepon, Rabu (31/1/2024). Ia menjelaskan, sudah ada mediasi orangtua korban yang dilakukan oleh Kepala SMP Negeri di Kota Mojokerto tempat korban dan 2 pelaku menimba ilmu.

Ada 52 siswa yang dikumpulkan. Para siswa itu diduga mengetahui peristiwa penganiayaan tersebut. Ayah korban inisial NDD (38) kemudian melakukan klarifikasi kepada 52 siswa dengan bertanya satu-persatu.

“Awalnya kan dari ortu korban menerima informasi sepihak terus melaporkan ke Polres, akhirnya setelah klarifikasi di bawah akhirnya dia menyadari dan kayaknya juga tidak sesuai dengan cerita teman anaknya itu, artinya tidak seolah-olah dia (korban) dikeroyok sampai 20 orang, tidak ternyata, jadi hanya 2 orang itu (pelaku), terus yang lainnya ada yang melihat, ada yang melerai,” ujar Ruby, Rabu (31/1/2024).

Ayah korban, NDD menceritakan kronologi penganiayaan yang dialami putranya. Ia mengatakan bahwa pada Kamis (25/1/2024) saat pulang kerja, dirinya mendapat pengaduan dari istrinya bahwa NS menjadi korban pengeroyokan yang dilakukan oleh 2 temannya di sekolah.

“Saya pun akhirnya bertanya kepada anak saya terkait kejadian yang dialaminya dan dia pun (korban) membenarkan,” ujarnya, Selasa (30/1/2024) malam.

NDD membeberkan, peristiwa itu terjadi, Senin (22/1/2024). Saat itu anaknya sedang bermain bola basket di lapangan sekolah. Tiba-tiba bola basket tersebut direbut oleh pelaku RM.

“Anak saya mencoba memintanya kembali dari tangan RM dengan cara baik baik tapi tidak diindahkan,” kata NDD.

Selanjutnya, sekitar pukul 12.00 WIB saat NS turun dari tangga lantai 2 sekolah, NS dihadang oleh pelaku RM bersama temannya yang lain. Apa alasannya, NS tidak tahu dan berhasil meloloskan diri.

“Esok harinya pada Rabu (24/1/2024), anak saya mendapat dispensasi dari sekolah untuk pulang lebih awal karena persiapan bertanding bola basket antar sekolah di lapangan basket SMAN 1 Bangsal. Saat pulang itulah, anak saya dihadang lagi oleh segerombolan anak-anak teman RM dan ED dan dituduh telah berkata tidak pantas kepada RM, ED bersama kelompoknya,” terang NDD.

Ditambahkan NDD, Kamis (25/1/2024) sekitar pukul 12.00 WIB, anaknya dipanggil oleh RM, lalu diajak naik tangga menuju area ruang laboratorium sekolah.

“Saat itulah anak saya dikeroyok oleh kedua temannya, tubuhnya dipukuli di bagian perut dan bagian kepala sebelah belakang secara bertubi-tubi dengan menggunakan tangan kosong,” pungkasnya. (*)

Responsive Images

Tinggalkan komentar