IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Imbas Banjir Sepekan, Petani di Grobogan Merugi

Avatar of Redaksi
Hidayah, salah seorang petani di Dusun Bendo, Desa Getasrejo, Kecamatan Grobogan yang terpaksa banting harga gabahnya ke tengkulak. (Masrikin/kabarterdepan.com)
Hidayah, salah seorang petani di Dusun Bendo, Desa Getasrejo, Kecamatan Grobogan yang terpaksa banting harga gabahnya ke tengkulak. (Masrikin/kabarterdepan.com)

Grobogan, kabarterdepan.com- Para petani di Kabupaten Grobogan meratapi nasib karena sawah padi milik mereka terendam banjir hampir sepekan. Akibatnya padi rusak dan berpotensi mengalami kerugian karea padi membusuk jika terus menerus terendam banjir.

Di area persawahan Dusun Bendo, Desa Getasrejo, Kecamatan Grobogan, padi nampak patah dan ambruk usai tersapu banjir. Bulir padi terlihat kehitam-hitaman seperti akan membusuk. Kondisi tersebut memaksa para petani memanen sawah padi mereka lebih awal supaya tidak merugi banyak.

Responsive Images

Hidayah, warga Dusun Bendo, Desa Getasrejo, Kecamatan Grobogan menceritakan, hujan deras mengguyur desanya hampir selama 3 hari. Dampaknya banjir menggenangi hingga sebatas leher orang dewasa.

“Keluarga mengungsi ke tempat pengungsian. Sawah terendam dan ternak kesulitan pakan,” ungkap Hidayah, Kamis (21/3/24).

Meski sudah dipanen namun timbul masalah lain. Selain gabah yang dijual tidak dalam kondisi terbaik, cuaca yang tidak menentu membuat para pembeli gabah enggan mengambil risiko.

Faktanya padi yang dipanen kemungkinan hasilnya busuk dan hitam sehingga tidak laku dijual.

“Cuaca tidak menentu, sering mendung. Tidak ada matahari untuk menjemur padi,” katanya.

Hidayah sudah menawarkan gabah miliknya ke beberapa tengkulak namun tidak ada yang mau membeli. Ia terpaksa banting harga demi bisa mengembalikan modal besar yang telah ia keluarkan.

“Ada yang mau beli gabah saya tapi ditawar dengan harga yang sangat rendah Rp 2.500 per kilogram. Padahal, harga normalnya di kisaran Rp 7.000-Rp 8.000 per kilogram,” keluhnya.

Ahmad Masduki warga Desa Kejawan, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan menceritakan hal yang sama. Sawah seluas 105 hektar terendam banjir dan hampir membusuk sehingga kerugian yang ditaksir mencapai Rp 3-5 miliar.

“Sudah enam hari masih terendam air, kalau tidak segera dipanen bisa puso,” katanya.

Ia berharap pemerintah memikirkan nasib para petani yang terdampak banjir. Ia juga meminta pemerintah agar menormalisasi aliran sungai Besar 1 dan membuatkan avur menuju sivon di Desa Karangpasar. (Kin)

Responsive Images

Tinggalkan komentar