IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Sejarah Candi Gentong di Mojokerto, Peninggalan Kerajaan Majapahit

Candi Gentong menjadi salah satu wisata sejarah di Kabupaten Mojokerto. (Erix/KabarTerdepan.com)
Candi Gentong menjadi salah satu wisata sejarah di Kabupaten Mojokerto. (Erix/KabarTerdepan.com)

Kabupaten Mojokerto, KabarTerdepan.com – Bukan hal baru lagi jika Mojokerto memiliki berbagai peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit berupa candi. Salah satunya adalah Candi Gentong.

Candi Gentong berlokasi di Desa Jambumente, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, tepatnya berada di Timur Candi Brahu.

Responsive Images

Banyak wisatawan dari dalam kota maupun luar kota, bahkan juga ada yang dari manca Negara yang berkunjung ke Candi. Salah satunya adalah, Antok (36) asal Kalimantan. Antok telah merasakan takjubnya Candi Gentong yang ada di Kabupaten Mojokerto ini. Meskipun Candi ini tidak seperti candi-candi lainnya yang bangunannya tinggi dan besar, Antok tetap takjub dengan melihat pola struktur dari bangunan Candi.

“Saya datang ke sini untuk melihat Candi Gentong yang sangat unik. Saya sangat suka dengan sejarah. Terlebih dengan sejarah kerajaan Majapahit,” ujarnya kepada Kabarterdepan.com, Minggu (22/10/2023).

Selama berada di lokasi, Antok mendapatkan banyak pengetahuan baru mengenai fungsi, sejarah maupun bentuk candi dari juru pelihara (Jupel) Candi Gentong.

“Di sini saya bisa melihat secara langsung bangunannya Candi. Ada juru pelihara yang menjelaskan sejarah Candi,” imbuh Antok.

Lokasi Candi Gentong yang dikelilingi taman dan pohon rindang. (Erix/KabarTerdepan.com)
Lokasi Candi yang dikelilingi taman dan pohon rindang. (Erix/KabarTerdepan.com)

Candi Gentong dapat dinikmati dengan mengajak keluarga. Sebab di sekeliling candi terdapat taman-taman dan juga pepohonan yang rindang. Pengunjung cukup mengisi buku tamu di pos depan dan bisa menikmati uniknya komplek Candi.

Sejarah Candi Gentong Trowulan Mojokerto

Berdasarkan keterangan sejarah, Candi Gentong diyakini dibangun pada masa Kerajaan Majapahit pada pemerintahan Prabu Hayam Wuruk. Candi ini terdiri dari dari dua kompleks percandian yang berada di timur Candi Brahu. Dinamakan Candi Gentong sebab saat sebelum dilakukan ekskavasi masyarakat melihat gundukan besar dan di tengahnya berlubang seperti bentuk gentong.

Candi Gentong dibagi menjadi dua, yaitu Candi Gentong I yang berada di sebelah selatan dan Candi Gentong II yang berada di sebelah utara dalam garis yang sama. Bentuk susunan bangunan pada Candi merupakan mandala stupa yang juga terdapat pada stupa di Srilangka, India dan Nepal.

Candi Gentong I terdiri dari struktur persegi yang terdiri dari tiga lapis. Pada struktur pertama terletak di tengah berukuran panjang 5,27 meter, lebar 5,20 meter, tebal 2 meter dan tinggi 2,7 meter. Ukuran dinding luar struktur pertama ini 9,25 x 9,25 m.

Struktur kedua pada prinsipnya mengelilingi struktur pertama membentuk semacam lorong selebar 1,2 m. Dasar lorong tersebut diperluas dengan bubuhan bata. Struktur kedua tersebut tersusun atas dinding persegi berukuran panjang 11, 4 meter, lebar 11,33 meter, tebal 1,42 meter dan tinggi 2,07 meter.

Berbeda dengan struktur pertama, struktur kedua memiliki profil yang melebar pada bagian atasnya. Struktur ketiga terletak paling luar mengelilingi struktur kedua. Struktur ini dipisahkan oleh lorong selebar 1 meter yang dasarnya tersusun atas bubukan bata. Struktur terluar ini berukuran panjang 23,5 meter, lebar 23,5 meter dan tinggi 2,3 meter. Pada sisi luar struktur ketiga terdapat bilik-bilik kecil yang disusun berderet sepanjang sisi. Sisa bilik yang masih terlihat pada sisi timur struktur.

Struktur Candi Gentong yang masih terawat. (Erix/KabarTerdepan.com)
Struktur Candi yang masih terawat. (Erix/KabarTerdepan.com)

Candi Gentong II berupa struktur utama yang dikelilingi struktur kecil. Struktur utama berdenah persegi berukuran 7,10 x 7,10 meter. Di sekelilingnya terdapat tujuh struktur yang ditata mengitari candi sesuai arah mata angin, kecuali pada sisi utara yang tidak terdapat struktur. Kondisi struktur secara keseluruhan hanya berupa bagian bawah dari bangunan yang membentuk sudut persegi. Luas struktur Candi Gentong II secara umum adalah 18,5 x 18,5 meter.

Saat itu pemugaran terhadap Candi ini dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur pada tahun 1995/1996, 1998/1999 hingga 2004 dan mendapatkan temuan berupa kumpulan stupika, arang dan dua buah fragmen arca Buddha.

Keseluruhan temuan terdapat pada Candi Gentong I. Stupika tersebut terbuat dari tanah liat yang dibentuk seperti stupa berukuran kecil dan dipahatkan inskripsi berisi mantra Buddha pada bagian bawahnya. Proses pembentukan stupika pada Candi Gentong I hanya melalui penjemuran hingga kering tanpa melalui proses pembakaran.

Temuan lain terdapat arca Buddha terdapat di sisi timur struktur candi. Kondisi kedua arca kepalanya telah hilang. Temuan arang selanjutnya dilakukan tes carbon dating di Laboratorium Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi di Bandung didapatkan hasil analisa pertanggalan mutlak 1470 kurang lebih 100 AD.

Berdasarkan hasil penanggalan tersebut didapatkan kesimpulan bahwa Candi Gentong berasal dari masa Majapahit khususnya periode pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350 – 1389 M).

Candi Gentong ditemukan pada tahun 1889 dan dicatat oleh Verbeek dalam TBG XXXIII pada tahun yang sama. Dan selanjutnya dilanjutkan Knebel melakukan penelitian pada candi ini tahun 1907 yang ditulis dalam ROC dan disusul N.J. Krom pada tahun 1923 dengan buku berjudul Inleiding tot de Hindoe Javaansche Kunst. Maclaine Pont pada 1925 juga memasukkan candi ini dalam peta rekonstruksi kota Majapahit.

Candi Gentong merupakan bukti besarnya toleransi beragama pada masa itu, terbukti bahwa agama Hindu dan Buddha dapat bersanding dan mendapatkan pengakuan pemerintahan.

Lokasi Candi Gentong Trowulan

Menurut Rokiin, Juru Pelihara (Jupel) Candi Gentong, dulunya banyak wisatawan yang datang ke komplek Candi. Hampir setiap hari ramai pengunjung. Ada juga dari sekolah-sekolah di Mojokerto berkunjung ke Candi untuk belajar secara langsung di lokasi

Namun semenjak adanya pandemi Covid-19 wisatawan mulai berkurang, tidak seramai dulu. Tidak hanya itu, ada juga pengunjung Spiritual yang datang ke Candi untuk melakukan ritual-ritual tertentu dan mengambil air di sumur yang ada di candi.


Desa Jambumente, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto

“Ya dulu sebelum ada Covid-19, kompleks tempat Candi ini sangat ramai pengunjung. Untuk sekarang masih ada ada pengunjung, tapi tidak seramai dulu. Ada juga pengunjung seperitual yang datang kesini. Mereka datang untuk berdoa dan menenangkan diri disini pada malam hari. Ada juga yang mengambil air di sumur, dipercaya air itu bisa menyembuhkan segala penyakit,” terang Rokiin kepada wartawan kabarterdepan.com, Minggu (22/10/2023). (*)

Responsive Images

Tinggalkan komentar