IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Sederet Tradisi Muslim Indonesia saat Ramadan, Berburu Takjil Salah Satunya

WhatsApp Image 2024 03 20 at 2.35.00 PM
Ilustrasi berburu takjil saat puasa Ramadan (Shutterstock)

Nasional, Kabarterdepan.com – Ramadan menjadi salah satu bulan yang paling dinanti oleh umat muslim. Secara umum, Ramadan identik dengan berbagai aktivitas ibadah seperti puasa, tadarus, tarawih, sedekah, dan masih banyak lagi.

Tidak hanya itu, di tengah masyarakat muslim Indonesia terdapat berbagai kegiatan lain yang rutin dilakukan di setiap Ramadan hingga menjadi sebuah tradisi khas dan turun temurun sejak lama. Diantaranya yakni sebagai berikut.

Responsive Images

Ngabuburit

Kata ngabuburit sebenarnya berasal dari bahasa Sunda, burit, yang berarti sore atau petang. Ini dapat diartikan, menunggu sore atau mengisi waktu hingga sore tiba.

Namun, kini ngabuburit begitu masif digunakan di bulan puasa, yakni berarti melakukan aktivitas sambil menunggu saatnya buka puasa dengan melakukan berbuka puasa. Ini biasanya dilakukan sekitar 1-2 jam sebelum waktu berbuka puasa.

Tidak ada kegiatan spesifik dalam ngabuburit. Salah satu yang paling sering dilakukan adalah berburu ta’jil atau kudapan untuk berbuka puasa.

Patrol Ramadan

Tradisi patrol biasanya dilakukan oleh sekelompok warga untuk membangunkan warga lainnya, untuk segera bangun dan menyiapkan sahur. Ini dilakukan berkeliling kampung sambil memainkan alat musik sederhana seperti kentongan atau drum bekas dengan meneriakkan “sahur-sahur” atau berselawat.

Seiring berkembangnya zaman, Patrol Ramadhan juga turut berkembang. Instrumen musik yang digunakan semakin bervariasi. Alunan musik dan jargon-jargon yang diteriakkan juga semakin menarik dan penuh kreativitas. Sehingga patrol bahkan menjadi hiburan tersendiri di waktu sahur.

Weweh

Istilah weweh merupakan serapan dari bahasa Jawa yakni wewehono/nguwehi yang berarti memberi. Sehingga dapat dimaknai saling berbagi atau sedekah, serta menjadi simbol perekat tali persaudaraan. Weweh biasanya banyak dilakukan pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan atau mulai malam 21 Ramadhan.

Tradisi ini dilakukan oleh anak-anak datang ke rumah sanak saudara dan tetangga dengan membawa rantang beriskan lengkap dari nasi hingga sayur beserta lauknya. Tidak ada ketentuan khusus, menu apa yang harus dibagikan. Belakangan bahkan semakin banyak masyarakat yang memilih wadah box atau sekali pakai lainnya.

Setelah nenerima wewehan, tuan rumah terkadang juga akan memberikan sejumlah uang atau sangu untuk anak yang telah mengantar wewehan. Tidak ada nominal pasti dalam hal tersebut, tuan rumah bebas menentukan besarannya.

Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak, sehingga mereka akan sangat antusias untuk membantu orang tua mereka weweh. (*)

Responsive Images

Tinggalkan komentar