IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Kisah Hadi Siswanto, Perajin Terakota Miniatur Candi di Mojokerto yang Bertahan dengan Metode Tradisional

Hadi, salah satu perajin terakota miniatur candi yang masih menggunakan metode tradisional. (Erix/kabarterdepan.com)
Hadi Siswanto, salah satu perajin terakota miniatur candi di Mojokerto yang masih menggunakan metode tradisional. (Erix/kabarterdepan.com)

Kabupaten Mojokerto, Kabarterdepan.com – Di kabupaten Mojokerto masih ditemukan perajin terakota miniatur candi yang bertahan dengan menggunakan metode tradisional.

Salah satu perajin terakota yang masih eksis puluhan tahun hingga saat ini adalah Hadi Siswanto (46) yang tinggal di Jalan Raya Trowulan, Desa Trowulan, Dusun Tegalan, Kabupaten Mojokerto.

Responsive Images

Hadi Candi, begitu sapaan akrabnya, sudah menekuni kerajinan terakota sejak 16 tahun yang lalu. Dirinya membuat terakota dibantu oleh adik kandungnya yang bernama wawan (35). Terakota adalah tanah bakar yang berasal dari bahasa Latin terra cocta yaitu tembikar yang terbuat dari tanah liat.

Sebelum menggeluti usaha terakota tahun 2006, Hadi bekerja membuat kerajinan kuningan di Desa Bejijong, Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Namun dirasa penghasilannya kurang, akhirnya Hadi membuat usaha terakota dengan pengalaman sebelumnya.

“Sebelumnya saya kerja ikut orang untuk membuat kerajinan kuningan. Merasa penghasilan saya kurang, tahun 2006 saya memutuskan membuat usaha terakota di rumah. Pengalaman di kerajinan kuningan saya aplikasikan di tanah liat untuk membuat miniatur candi,” ucap Hadi. Rabu (17/01/2024).

Miniatur candi karya Hadi Siswanto diminati hingga ke manca negara. (Erix/kabarterdepan.com)
Miniatur candi karya Hadi Siswanto diminati hingga ke manca negara. (Erix/kabarterdepan.com)

Hanya Hadi yang masih bertahan menjadi perajin terakota di Mojokerto yang murni menggunakan tanah liat. Hadi mengatakan, ada perajin terakota seperti dirinya di Mojokerto, namun kebanyakan sudah menggunakan media semen.

“Saya membuat terakota ini menggunakan media tanah liat, kemudian saya olah dan saya jadikan miniatur candi. Prosesnya semua menggunakan alat manual. Di sini banyak perajin terakota, namun sudah menggunakan media semen tidak tanah liat lagi,” Katanya.

Hadi dan adiknya membuat terakota miniatur candi masih mempertahankan cara lama dengan menggunakan tanah liat. Bahkan setiap relief miniatur candinya masih menggunakan manual tangan. Pengerjaan terakota miniatur candi ini membutuhkan waktu yang lama karena terbuat dari tanah liat.

Penggunaan Media Tanah Oleh Perajin Terakota

Berbeda dengan menggunakan semen yang tidak membutuhkan waktu yang lama dan cepat kering. Menurutnya membuat terakota menggunakan semen rawan diduplikat oleh kompetitor perajin lain.

“Salah satu alasan saya tidak menggunakan semen yaitu rawan di duplikat oleh perajin lain. Saya masih bertahan di media tanah liat karena saya juga mempertahankan cara lama dan karya seni saya. Karena karya seni tidak ternilai harganya,” tuturnya.

Hadi juga menerangkan proses pembuatan miniatur candi dari tanah liat memang membutuhkan waktu lama. Awalnya tanah liat hitam direndam dengan air di bak sebelah rumahnya. Selanjutnya lumpur tanah liat disaring dan dipindahkan ke bak yang kedua untuk menghilangkan kerikil maupun batu.

Setelah itu lumpur didiamkan selama 4 hari hingga mengendap. Endapan tanah liat dipindahkan ke bak yang ketiga yang terbuat dari tatanan bata merah, kemudian tanah liat diaduk-aduk sebelum dicetak.

Selanjutnya dicetak menggunakan cetakan terbuat dari tanah cor yang sudah dibuat oleh hadi. 5 sampai 6 jam kemudian cetakan dibuka dan memulai tahap pengukiran membuat relief candi secara manual yaitu menggunakan kayu kecil untuk menggambar.

Setelah proses relief selesai dilanjutkan proses pengeringan. Proses pengeringan menggunakan proses pembakaran dengan membutuhkan waktu 6 sampai 7 jam.

Setelah itu terakota dilakukan pengghalusan menggunakan kertas gosok, dan hasil akhirnya diwarnai lalu dikeringkan Kembali. Agar cat warna mengering sempurna maka membutuhkan waktu satu hari.

“Kendalanya waktu pengeringan sebelum dibakar, bisa sampai satu bulan baru kering, apalagi sekarang musim penghujan seperti ini, matahari tidak begitu terik. Ini mengeringkannya tidak boleh langsung terkena matahari, kalau lama terkena matahari bisa pecah-pecah karena terbuat dari tanah liat,” terang Hadi.

Dalam satu bulan, Hadi bisa menghasilkan 4 buah terakota miniatur candi dengan ukuran tinggi 150 cm. Dirinya menjual miniatur candi dari ukurun tinggi 70 Cm, 110 Cm, 150 Cm, sampai 250 Cm.

“Saya jual sesuai ukuran dan kerumitan pembuatan miniatur candi. Untuk tinggi 70 Cm, saya jual dengan harga Rp. 550 ribu, untuk tinggi 110 Cm, Rp. 950 ribu, untuk tinggi 150 Cm, Rp. 1,7 juta, dan tinggi 250 Cm saya jual dengan harga Rp. 5 juta,” ucapnya.

Hadi membuat terakota miniatur candi dengan perpaduan model Candi Penataran di Blitar, Candi Jawi di Pasuruan, dan juga Gapura Bajang Ratu di Trowulan Mojokerto. beberapa model candi tersebut dijadikan satu konsep dan jadilah terakota miniatur candi karya Hadi.

“Konsep yang saya buat dengan menggabungkan 3 candi yaitu candi penataran, candi jawi, dan gapura bajang ratu. Dan jadilah hasil karya terakota miniatur candi yang saya jual,” tambahnya.

Terakota miniatur candi milik hadi ini sudah terjual hingga manca negara yaitu di Negara Prancis, Negara Australia dan masih banyak lainnya. Selain itu di dalam Negeri terakota milik hadi juga banyak pembeli dari Bali, Surabaya, Jakarta, dan daerah lainnya.

Hadi juga mengatakan, di dunia perajin terakota, jika produknya diduplikasi oleh perajin lain maka akan mempengaruhi harga. Harga jual terakota miniatur candi tersebut akan turun drastis.

“Hancurnya harga terakota miniatur candi dari tanah liat itu dari pengrajin terakota yang menggunakan semen dan menduplikat karya orang lain. Karena merekan memproduksi sekala besar dan cepat untuk membuat terakota,” pungkasnya. (*)

Responsive Images

Tinggalkan komentar