IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Kasus DBD di Boyolali Capai 174 Orang, 3 Meninggal Dunia

Avatar of Redaksi
Salah satu ruangan pasien DBD di RS Boyolali. (Ahmad/kabarterdepan.com)
Salah satu ruangan pasien DBD di RS Boyolali. (Ahmad/kabarterdepan.com)

Boyolali, kabarterdepan.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menyebutkan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayahnya, sejak Januari hingga Maret 2024 tercatat mencapai 174 orang dan tiga di antaranya meninggal dunia.

“Kasus DBD di Boyolali 2024 tersebut menurun dibanding periode yang sama pada 2023, sebanyak 187 kasus dan lima diantaranya meninggal dunia,” kata Kepala Dinkes Boyolali Puji Astuti di Boyolali, Senin (18/3/2024).

Responsive Images

Puji Astuti mengatakan ada tiga kasus DBD yang meninggal dunia tahun ini. Mereka yang meninggal dunia berasal dari satu orang di Kecamatan Wonosamodro, satu di Teras, dan satu lainnya di Wonosegoro. Menurutnya kondisi sekarang ada penurunan kasus, sehingga kondisi belum terlalu membahayakan.

Kendati demikian, Dinkes Boyolali mengimbau tetap waspada melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara bersih-bersih secara serentak dalam satu lingkungan atau wilayah kecamatan, sehingga tidak hanya memindahkan nyamuk ke tempat yang lain.

Selain itu, pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk menghindari tempat-tempat yang tergenang air, misalnya pot bunga, pelepah pohon pisang atau pohon rimbun-rimbun lainnya harus dikurangi. Karena, sekarang pada musim hujan, tetapi ada hari panasnya, sehingga memungkinkan nyamuk Aedes Aegypti berkembang-biak.

“Kami mengimbau masyarakat jangan cepat-cepat meminta fogging (pengasapan). Karena fogging itu dilakukan untuk daerah yang betul-betul menjadi fokus infeksi,” katanya.

Jadi, jika ditemukan ada kasus dirawat di rumah sakit yang betul menderita DBD, akan dilakukan penyelidikan epidemiologi. Dari hasil surveilans nanti diketahui bahwa memang sumber penularan di situ atau mendapatkan dari tempat lain.

Hal tersebut dilihat dalam satu kasus dari 10 kasus DBD, menderita panas tanpa sebab, jika benar baru akan dilakukan kegiatan fogging.

Selain itu, lanjutnya, gerakan untuk melihat jentik yang ada di rumah harus dilakukan pada penampungan air. Angka beda jentik nyamuk harus lebih dari 95 persen, kalau memastikan bahwa tidak ada penyebaran atau pertumbuhan nyamuk demam berdarah di situ.

Pihaknya berharap masyarakat dapat meminta obat pembunuh jentik-jentik nyamuk atau abate di puskesmas terdekat. Abate diberikan secara gratis untuk masyarakat selama persediaan masih ada.

Menurutnya, jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala mengarah ke demam berdarah sebaiknya segera diperiksakan ke dokter atau layanan kesehatan terdekat.

Dia menjelaskan keterlambatan penanganan gejala DBD dapat memicu terjadinya dengue shock syndrome (DSS) yang bisa menyebabkan kematian. (Ahmad)

Responsive Images

Tinggalkan komentar