IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Indahnya Toleransi Beragama di Sragen, Azan Salat Tanpa Pengeras Suara saat Perayaan Nyepi

Suasana Nyepi di sekitar Pura di Sumberlawang Sragen. (Masrikin/kabarterdepan.com)
Suasana Nyepi di sekitar Pura di Sumberlawang Sragen. (Masrikin/kabarterdepan.com)

Sragen, kabarterdepan.com- Perayaan hari raya Nyepi tahun baru Saka 1946 yang beriringan dengan awal bulan suci Ramadan 1445 Hijriah.

Hal ini menjadi momentum bagi umat Hindu dan muslim ataupun masyarakat luas untuk saling introspeksi dan saling menghormati ritual dan tradisi antar agama.

Responsive Images

Masyarakat pemeluk agama hindu di desa Tlogotirto melakukan upacara keagamaannya di Pura Anantatirto Dukuh Jengglangan Rt.16 Desa Tlogotirto menjalankan Catur Brata Hari Raya Nyepi 1946 Saka dengan sederhana, Minggu (11/3/24) siang.

Siang hari di Dukuh jengglangan RT 16 Desa Tlogotirto, kondisi jalan tampak sepi, Tak ada orang yang melintasi jalan kampung dekat area persawahan tersebut selain dua orang pengendara sepeda motor.

Sementara di satu sisi, musala terdekat tidak mengumandangkan azan Salat Dzuhur saat umat Hindu melakukan Catur Brata dan berdoa sekitar pukul 12.00 WIB. Hal ini menjadi bukti warga setempat menjaga toleransi antar umat beragama.

Salah satu pemeluk agama hindu Suhartini (56) sekitar 14 keluarga melakukan Catur Brata dipura anantatirto. Namun, pada Hari Raya Nyepi di tahun ini Catur Brata dilakukan di rumah masing-masing

“Hari raya nyepi tahun saka 1446 kali ini tidak dilakukan dipura tetapi dilakukan dirumah masing-masing,” ungkapnya.

Pintu masuk Pura Anantarinta Dusun Jenggalangan, Tlogo tirto, Sumberlawang, Sragen. (Masrikin/kabarterdepan.com)
Pintu masuk Pura Anantarinta Dusun Jenggalangan, Tlogo tirto, Sumberlawang, Sragen. (Masrikin/kabarterdepan.com)

Sementara warga pemeluk hindu lainya Sukirman (57) mengatakan, toleransi Beragama terlihat saat ini Pada saat kami melakukan sembahyang bersamaan masjid-masjid dengan pengeras suara terdengar mengumandangkan azan tanda Salat Dzuhur. Namum, mushola yang dekat dengan pura tidak menggunakan pengeras suara.

“Mushala yang lokasinya berdekatan dengan tempat ibadah kami tidak terdengan azan,” tuturnya.

Sukirman mengatakan Musala Al Iqlas aktif namun warga setempat menjunjung toleransi beragama. Umat beragama saling menghormati satu sama lainnya.

“Umat Hindu baru mengadakan Catur Brata penyucian jadi menyesuaikan diri. Kami ada rasa kebersamaan dengan saling menghormati,” paparnya.

Dia mengatakan bentuk toleransi tidak hanya dilakukan pada hari besar namun menjadi kebiasaan warga setempat dalam kehidupan sehari-hari. Adapun Umat Hindu Pura Anantatirto memaknai Tahun Baru Nyepi sama seperti tahun sebelumnya.

“Semangat mengendalikan diri harus dilakukan setiap hari berupa pengendalian pikiran, ucapan, dan perbuatan,” imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, Sukirman juga mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa kepada seluruh umat muslim di desanya.

“Selamat menjalankan ibadah puasa bagi umat muslim,” terangnya.

Ketua RT setempat, Sutarno mengatakan, sudah menjadi budaya ditempat kami untuk saling menghormati perbedaan agama.

“Ya saling menghormati. Di sini masalah beda agama bagus. Saya sebagai RT beda agama juga berbeda agama tak masalah,” ujarnya.

Dia menambahkan ada 54 keluarga di RT 16 Jengglangan ada yang memeluk Islam, Hindu, dan satu keluarga Buddha.

“Orang tua ada yang Hindu dan anaknya masuk Islam. Sebagian ada satu keluarga Hindu semua. Kebanyakan orang tua Hindu anaknya Islam. Dulunya di sini mayoritas Pemeluk agama hindu” jelasnya. (kin)

Responsive Images

Tinggalkan komentar