IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Pesawat Singapore Airlines Turbulensi, 1 Orang Tewas

Avatar of Redaksi
Kondisi kabin pesawat Singapore Airlines pasca turbulensi. (X @stillgray)
Kondisi kabin pesawat Singapore Airlines pasca turbulensi. (X @stillgray)

Singapura, kabarterdepan.com – Pesawat Singapore Airlines mengalami musibah turbulensi parah hingga menyebabkan 1 orang tewas, Selasa (21/5/2024).

Pesawat Boeing 777-300ER tujuan London-Singapura itu mengalami turbulensi parah sehingga mendarat mendadak di Bangkok, Thailand pukul 15.45 waktu setempat.

Responsive Images

Menurut BBC, insiden itu menyebabkan 1 penumpang tewas dan 30 penumpang mengalami luka-luka.

1 penumpang yang tewas bernama Geoffrey Ralph Kitchen. Pria berusia 73 tahun itu merupakan seorang pensiunan profesional asuransi. Kitchen tewas setelah mengalami serangan jantung. Pihak maskapai mengucapkan duka yang mendalam atas musibah tersebut.

“Singapore Airlines mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban,” kata pihak Singapore Airlines dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip dari AFP.

Singapore Airlines ini memprioritaskan bantuan medis kepada para korban.

“Kami bekerja sama dengan pihak berwenang setempat di Thailand untuk memberikan bantuan medis yang diperlukan, dan mengirimkan tim ke Bangkok untuk memberikan bantuan tambahan yang diperlukan,” tambah maskapai tersebut.

Menurut sejumlah pihak penyebab pesawat Singapore Airlines turbulensi parah diduga ada beberapa penyebab.

Konsultan senior penerbangan di perusahaan riset pasar Frost and Sullivan, Shantanu Gangakhedkar, mengatakan kepada Channel NewsAsia (CNA) bahwa turbulensi dapat disebabkan oleh sejumlah alasan, mulai dari badai, awan, hingga aliran jet.

Jenis gangguan yang paling tidak bisa diprediksi, kata dia, yakni turbulensi udara jernih (clear air turbulence/CAT) yang dapat terjadi tanpa bukti nyata.

CAT sering menjadi penyebab penumpang terluka lantaran terjadi tanpa peringatan. Karena kondisi ini, awak pesawat kemungkinan tak punya waktu untuk menginstruksikan penumpang kembali ke tempat duduk mereka dan mengencangkan sabuk pengaman.

“CAT terjadi ketika langit benar-benar cerah. Kita tidak bisa melihatnya dan itu terjadi tiba-tiba. Saat ini kami tidak memiliki teknologi untuk memprediksi (atau mendeteksi) CAT, apalagi pada ketinggian 36.000 kaki,” kata Gangakhedkar, seperti dikutip CNA.

“Jika seseorang berjalan-jalan, dia bisa saja terlempar apabila terjadi turbulensi tiba-tiba. Kondisi ini bisa mengakibatkan cedera parah. (Itu sebabnya) disarankan untuk berada di kursi dengan sabuk pengaman kencang selama berada di ketinggian jelajah, bahkan ketika tanda sabuk pengaman tidak menyala,” pungkasnya. (*)


Eksplorasi konten lain dari Kabar Terdepan

Mulai berlangganan untuk menerima artikel terbaru di email Anda.

Tinggalkan komentar