IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Gado-gado Bu Asih di Semarang, Sehari Terjual 100 Porsi

Avatar of Andy Yuwono
Bu Asih, penjual gado-gado di Semarang. (Ahmad/kabarterdepan.com)
Bu Asih, penjual gado-gado di Semarang. (Ahmad/kabarterdepan.com)

Semarang, Kabarterdepan.com – Kendati warungnya tergolong tidak begitu luas, namun gado-gado Bu Asih cukup menyedot perhatian.

Terletak di bilangan jalan Medoho Raya, Semarang yang cukup ramai dilalui mobil, kendaraan, dan lalu lalang manusia, menjadi pemicu untuk mampir di kedai gado-gado Bu Asih. Hanya dengan harga Rp 12.000 per porsi, gado-gado Bu Asih selalu nagih untuk mampir lagi dan lagi.

Responsive Images

“Awalnya saya hanya jual nugget goreng untuk anak-anak. Tapi sepi, kemudian saya beralih ke nasi uduk, juga sepi. Coba lagi geprek ayam, tetap ndak menarik. Akhirnya saya coba gado gado, karena saya sendiri suka gado gado. Alhamdulillah laris trus sampai sekarang,” katanya dengan mata berbinar di warungnya, Sabtu (2/3/2024).

Selain menyajikan gado gado, bu Asih juga menyediakan Tahu Campur, Soto, dan beragam minuman serta gorengan.

Keunikan dari warungnya, bu Asih selalu bersedia melayani harga dibawah standar.

“Saya berusaha untuk melayani pembeli sebaik mungkin. Misalnya beli gado-gado hanya Rp 10 ribu. Bahkan Rp 5 ribu, tetap saya layani. Kasihan mereka, mungkin dari jauh jalan kaki,” ujarnya dengan merendah.

Di samping melayani dengan harga di bawah standar, Bu Asih sering menggratiskan minuman es teh, es sirup, ataupun teh manis hangat.

“Saya sering melihat pembeli yang makannya lahap banget, (maaf mungkin) lapar sekali, tapi kok pakaiannya agak kumal, ya udah es tehnya saya gratiskan, sekalipun nambah minuman lagi,” tukasnya.

Rahasia Kelezatan Gado-Gado Bu Asih

Berbicara tentang rahasia gado-gadonya yang selalu nagih para pembelinya, dengan wajah berbinar bu Asih menjelaskan bahwa bumbu-bumbunya biasa seperti pada umumnya yang dipakai untuk gado-gado.

“Hanya saja ibu saya berpesan pada saat meracik bumbu dan nguleknya, harus dengan hati ikhlas, jangan ngedumel. Saya tidak tahu, apa karena itu. Saya pasrah saja sama Allah,” katanya.

Bu Asih yang kesehariannya didampingi suaminya, Wardi, adalah sosok lelaki yang berprofesi sebagai jasa penyedia aqiqah, merasa bangga lantaran selalu siap membantu dirinya.

“Suami saya yang selalu mencuci piring dan gelas yang habis dipakai makan dan minum pembeli,” jelasnya.

Bu Asih menambahkan, setidaknya habis kurang lebih 100 porsi gado gado.

“Kalau tahu campur dan soto normal, paling 25 porsi”.

Secara sederhana, Bu Asih sudah menerapkan manajemen sedekah. Memberi tanpa berharap apapun, hanya Allah yang Maha Mengetahui segalanya. (Ahmad)

Responsive Images

Tinggalkan komentar