IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Kisah Sukses Pengusaha Kedai Kopi di Mojokerto, Rangkul Komunitas, Omzet Tembus Rp 15 Juta per Bulan

IMG 20231106 WA0157

Joko Trisma Kusdianto, pengusaha kedai kopi di Mojokerto. (Erix/KT)

Responsive Images

Kota Mojokerto, Kabarterdepan.com – Pengusaha muda lulusan S1 Antropologi Universitas Unair sukses menggeluti usaha kedai kopi di Gedongan Gang.9 No.4, Kelurahan Gedongan, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto. Kedai kopi itu ia beri nama Sedulur Papat.

Adalah Joko Trisma Kusdianto (32) pengusaha kedai kopi di Mojokerto sejak Tahun 2022. Konsep yang diusung adalah menjadikan adab rumah di tempat tongkrongan, serta merangkul komunitas anak muda agar bisa mengekspresikan ide kreatifnya di kedai kopinya.

“Konsep saya membuat kedai kopi ini agar orang-orang yang datang ke tempat saya ini merasa seperti nongkrong atau ngopi di rumahnya sendiri. Dan juga untuk mewadahi anak-anak muda di Mojokerto ini untuk mengekspresikan ide kreatif mereka,” terang Joko saat ditemui Kabarterdepan.com di kedai kopinya, Senin (06/11/2023).

Joko juga mengatakan, saat ini sudah ada beberapa komunitas anak muda yang mengepresikan ide kreatifnya di kedai kopi Sedulur Papat. Mereka adalah komunitas musik, komunitas custom motor seperti motor coper, motor auto matic, dan komunitas penulis buku yang kerap datang ke kedainya.

“Anak-anak muda dari komunitas musik, komunitas custom motor seperti motor coper motor auto matic banyak yang datang kesini. Saya memfasilitasi mereka untuk kreatifitas mereka membuat event dan kegiatan disini tanpa di pungut biaya,” ujar Joko.

Suasana ngopi yang nyaman. (Erix/KT)
Suasana ngopi yang nyaman. (Erix/KT)

Pembeli yang datang ke kedai milik joko dari segala usia. Dari orang tua hingga anak muda, bahkan ada juga yang datang satu keluarga. Dikarenakan konsep kedai kopinya mengusung Adab Rumah artinya, ngopi berasa di rumah sendiri.

“Saya membuat konsep kedai kopi ini ya seperti pembeli ngopi di rumahnya sendiri. Terutama mengingatkan memori pembeli saya ketika ngopi di rumah nenek mereka pasti bisa santai, bisa ingat masa kecilnya dulu, dan mengingat sejarah-sejarahnya dulu. Makanya saya mengutamakan konsep kedai kopi saya Adab Rumah,” tambah Joko.

Ke depan, Joko juga menargetkan kedai kopi miliknya mewadahi anak-anak muda yang bergelut di komunitas olahraga extreme sport. Untuk itu dirinya berencana membangun arena skateboard dan repling. Nantinya anak-anak muda di Mojokerto bisa menggunakan fasiltas tersebut tanpa di pungut biaya alias gratis,

Mengenai alasan dinamakan Sedulur Papat, Joko menjelaskan bahwa Sedulur Papat diambil dari bahasa jawa. Sedulur artinya Saudara dan Papat itu Empat. Maknanya, semua yang nongkrong di kedai miliknya adalah saudara.

“Saya ambil nama sedulur papat itu, semua yang datang nongkrong disini itu dianggap saudara semua. Tidak ada perbedaan. Dan Kebetulan nomor rumah kedai saya ini juga nomor empat. Jadi ya sedulur papat,” imbuh Joko.

Uniknya lagi, kedai kopi iini menyediakan perpustakaan mini. Jadi selain menikmati kopi, pembeli juga bisa membaca buku yang disediakan dengan tenang dan nyaman.

Untuk menu yang disajikan di kedai kopi Sedulur Papat ini terbilang cukup komplit. Ada menu kekinian yaitu kopi susu, kopi manual brew, kopi sachet, es sachet, dan lain-lain. Untuk makanan, ada nasi sambelan, nasi soto, mie instan, dan camilan.

Modal usaha Joko untuk membuat kedai kopi Sedulur Papat ini kurang lebih Rp, 20 juta. Dirinya memanfaatkan rumahnya sendiri untuk di jadikan kedai. Saat ini joko mempunyai dua pegawai. Penghasilan dalam satu bulan dirinya bisa meraup hasil Rp, 10-15 juta per bulan.

Dirinya akan terus mengembangkan usaha kedai kopi ini untuk bisa mewadahi anak-anak muda di Mojokerto. tujuannya agar berkreasi dan mengekspresikan ide kreatifnya secara gratis di kedai kopi Sedulur Papat.

Konsep kedai kopi Sedulur Papat mampu memikat banyak pengunjung. Salah satunya Mutia (31). dirinya senang ketika minum kopi dan nongkrong di kedai milik Joko ini. Sebab ia merasa ingat kembali masa kecilnya waktu di rumah neneknya.

“Konsepnya bagus sih, saya jadi ingat masa kecil saya waktu di rumah nenek saya. Meja dan kursinya juga jaman dulu banget. Didukung bangunannya juga rumah jaman dulu. Pegawainya juga ramah tamah,” kata Mutia. (*)

Responsive Images

Tinggalkan komentar