IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Berburu Berkah Nasi Kethek di Sesaji Rewanda Semarang

Avatar of Redaksi
warga antusias berburu berkah nasi kethek. (Ahmad/kabarterdepan.com)
warga antusias berburu berkah nasi kethek. (Ahmad/kabarterdepan.com)

Semarang,  kabarterdepan.com – Sesaji Rewanda Semarang yang digelar di Goa Kreo, Desa Kandri, Gunungpati, Semarang, Sabtu (20/4/2024), membangkitkan kegembiraan tersendiri bagi warga setempat.

Turmuji, salah satu warga Desa Kandri, mengatakan usahanya tampak sebanding dengan upaya gigih untuk mendapatkan Sego (nasi) Kethek di acara Sesaji Rewanda Semarang.

Responsive Images

“Alhamdulillah bisa dapat,” ungkap Turmuji.

Saat bungkus daun jati dibuka, ada lauk sederhana yang bisa ditemui seperti oseng-oseng pepaya, tahu dan tempe bacem, lalu ada ikan asin serta telur.

Meski demikian, tiap tahun orang berlomba ingin mendapat nasi kethek itu seolah barang yang langka, bahkan sampai rela berdesakan. Lalu apa daya tariknya?

Di sela-sela makan, Turmuji menuturkan jika yang diburu adalah berkah. Sebab proses Sesaji Rewanda ini cukup sakral.

Kesakralan Sesaji Rewanda ini memang benar adanya. Saiful Ansori, Ketua Pengelola Desa Wisata Kandri, menjelaskan Sesaji Rewanda menceritakan sejarah Kanjeng Sunan Kalijaga mencari Soko Guru untuk pembangunan Masjid Agung Demak.

“Ceritanya mencakup perjalanan Sunan Kalijaga dari Demak ke Jatingaleh, lalu Jatibarang sampai di Sungai Kreo ini. Lalu dibantu kera merah, putih dan kuning, akhirnya bisa dialihkan ke Masjid Agung Demak,” paparnya.

Kemudian Ansori menuturkan, waktu itu Sunan Kalijaga sempat memberi wejangan kepada monyet di Goa Kreo yang awalnya ingin ikut ke Demak. Monyet tersebut diminta untuk menetap seraya “mangreho atau ngreho” yang artinya merawat atau melestarikan.

“Mangreho itu kan sulit diucapkan bagi orang Jawa, akhirnya diubah menjadi Kreo. Artinya merawat, melestarikan dan menjaga wilayah,” ujarnya.

Secara detail Saiful menjelaskan bagaimana makna Nasi Kethek. Katanya, nasi ini porsinya lebih banyak dari nasi angkringan dan dibungkus daun jati.

“Lauknya oseng-oseng daun singkong dan daun pepaya. Tahu dan tempe bacem. Ada dadar telor dan ikan asin. Dibungkus dengan daun jati lalu dilambari dengan daun pisang,” ungkapnya.

Lalu dari penamaannya, ada dua kaitan. Pertama berhubungan dengan gotong royong.

“Dinamakan kethek karena kami masih mengutamakan gotong royong. Kalau orang Jawa Kethekan itu kalau membawa sesuatu, nggak kuat digotong bareng-bareng,” paparnya.

Tidak hanya ada proses rebutan nasi kethek. Di acara Sesaji Rewanda ini warga juga berebut membasuh muka dengan air yang diambil dari 7 mata air di Desa Kandri.(Ahmad)

Responsive Images

Tinggalkan komentar