IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Mengintip Warga Karanglo Sukses Budidaya Lele di Mojokerto, Omzet Puluhan Juta per Bulan

Budidaya Lele di Mojokerto
Pokdakan Wahyu Budidaya Lele di Mojokerto di lingkungan Karanglo Kota Mojokerto (erik/KabarTerdepan.com)

Kota Mojokerto, KabarTerdepan.com – Warga Karanglo, Kelurahan Wates, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto sukses menjalani Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) lele. Ada belasan warga di lokasi tersebut yang menekuni budidaya lele di Mojokerto. Oleh karena itu beberapa waktu yang lalu, lingkungan Karanglo ini ditetapkan sebagai kampung lele oleh Wali Kota Mojokerto.

Adalah Totok Winaryo (46), warga karanglo yang mejadi pelopor Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) di lingkungan tersebut. Kepada Wartawan Kabarterdepan, Rabu (30/8/2023), Totok menceritakan awal mula merintis budidaya lele Mojokerto hingga berkembang pesat sampai saat ini.

Responsive Images

Totok bercerita, awalnya ia merintis budidaya lele di Mojokerto secara mandiri dengan bermodalkan keberanian. Dengan ketekunan dan ilmu system bioflok yang diterapkan, seiringnya waktu usaha ternak lelenya maju pesat.

“Untuk modal berkisar Rp 9 juta, dari membuat kolam, membeli bibit ikan lele, dan pakan, sampai panen, dan hasilnya bagus,” ujarnya.

Keberhasilan itu ditularkan kepada para tetangga untuk bersama-sama budidaya ikan lele. Totok lantas berinisiatif membuat Kelompok Budi Daya Ikan (Pokdakan) dengan beranggotakan 14 orang.

“Awalnya itu saya ternak lele secara mandiri, ternyata berhasil. Setelah itu saya mengajak tetangga-tetangga, banyak yang mengikuti, akhirnya kita buat kelompok dan sampai sekarang menjadi Pokdakan yang diberi nama Pokdakan ‘Wahyu Lele’,” ujar Totok.

Proses Cara Budidaya Lele di Mojokerto

Budidaya Lele di Mojokerto
Hasil panen Pokdakan Wahyu Budidaya Lele di Mojokerto sangat disukai pasar (Erik/KabarTerdepan.com)

Totok juga menceritakan proses cara berternak lele dengan sistem bioflok. Dalam sistem ini yang perlu diperhatikan adalah kualitas air, sirkulasi air dan perawatan ikan. Hal itu penting karena ikan menjadi sehat, nafsu makannya bagus dan masa panen lebih cepat.

“Saya tebar bibit ikan lele setiap 15 hari sekali, kita pilah ukuran ikan yang sama, tujuannya agar saat panen ukuran ikan di kolam satu ukuran. Untuk perawatan ikan lele yang terpenting airnya, sirkulasi air bagus, nafsu makan ikan juga bagus. Dan masa panen kita lebih cepat, maksimal 3 bulan,” ujar totok.

Untuk sementara, Totok masih mengambil bibit ikan lele dari luar kota. Namun ke depan, Totok berupaya memproduksi bibit ikan lele sendiri dengan membudidayakan indukan ikan lele.

“Untuk jenis lele yang diambil adalah lele Masamo dan lele Piton, dikarenakan jenis ikan itu punya daya tahan tubuh ikan sangat kuat dan pertumbuhannya yang cepat,” terangnya.

Saat ini kelompok peternak lele di Karanglo sudah memiliki 32 kolam bioflok dan dengan jumlah anggota 14 orang. Semua hasil panen dari kelompok itu dalam satu bulannya bisa meraup untuk puluhan juta rupiah.

Totok berharap semakin banyak lagi pembudidaya ikan lele di lingkungan Karanglo. Warga yang belum bekerja bisa menekuni budidadaya lele, dan terbukti banyak yang berhasil.

Disamping membuka lapangan pekerjaan, dengan budidaya lele, menurut Totok hal itu juga turut membantu pemerintah dalam mengentaskan anak stunting. Stunting adalah kekurangan gizi yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan anak. Sebab ikan lele memiliki banyak protein yang bagus untuk pertumbuhan anak-anak.

Apa Itu Lele Masamo

Dikutip dari website Jogjaprov.go.id , sebagian menduga nama lele Masamo tersebut adalah akronim dari Matahari Sakti Mojokerto. Tetapi Fauzul Mubin, Technical Support and Hatchery Manager PT Matahari Sakti membantah itu. “Bukan. Itu hanya nama yang mengandung hoky dan nama yang bagus saja,” terang Fauzul Mubin sambil tersenyum lebar.

Lele Masamo produk dari PT Matahari Sakti (MS) ini disebut-sebut memiliki keunggulan dibandingka jenis lain yang banyak beredar lebih dahulu di pasaran. Saking santernya kabar tersebut, sampai-sampai belakangan muncul pihak-pihak yang mengaku-aku sedia induk dan benih masamo. Padahal, MS hanya mendistribusikannya terbatas di jaringan mitra internal perusahaan.

Mubin menyatakan, lele masamo yang beredar sekarang masih generasi pertama, dan direncanakan November 2013 akan dirilis generasi kedua.

Genetik Lele Masamo

Dijelaskan Mubin, lele masamo merupakan hasil pengumpulan sifat berbagai plasma nutfah lele dari beberapa negara. Antara lain, lele asli Afrika, lele Afrika yang diadaptasi di Asia, Clarias macrocephalus/bighead catfish yang merupakan lele Afrika dan di kohabitasi di Thailand, dan lele dumbo (brown catfish). “Total ada 7 strain lele,” ungkapnya.

Lele Afrika terkenal kecepatan tumbuh dan ketahanan tubuh yang tinggi. Sedangkan lele Afrika yang telah mengalami kohabitasi domestik di Asia/Asia Tenggara memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan dan tahan terhadap penyakit lokal. Selain itu ada juga strain yang memiliki produktivitas telur tinggi (spawning rate) dan ada yang efisien pakan.

Dipastikan Mubin, benih sebar yang diperuntukkan bagi budidaya pembesaran konsumsi – atau yang umum disebut Final Stock (FS) — dari breeding Masamo, memiliki sifat bertubuh besar, rakus makan tapi tetap efisien, keseragaman tinggi, stress tolerance tinggi, ketahanan penyakit tinggi, dan sifat kanibal rendah. Untuk sifat induk atau Parent Stock (PS) ditambah dengan spawning rate yang tinggi.

Hatchery (penetasan) Masamo di Pasuruan, sebut Mubin, mampu memproduksi induk PS masamo 6.000 – 10.000 ekor per tahun. PS dilepas dengan harga Rp 100.000 – Rp 300.000 per ekor, tergantung jauh-dekatnya lokasi pembeli. Mubin mengakui harga calon induk masamo 2 – 4 kali lebih mahal dibanding induk lele jenis lain.

Sementara Final Stock, dikatakan Maylana Nurrma Diyanto, Technical Support  and Marketing Supervisor PT Matahari Sakti, permintaan yang masuk ke hatchery PT MS mencapai 5 juta ekor per bulan. Pada April 2013, imbuh dia, benih size (ukuran) 4 cm diperdagangkan seharga Rp 70 tiap ekornya, dan Rp 90 untuk yang 5 cm.

Ciri dan Sifat Lele Masamo

Lele masamo memiliki ciri khas fisik cukup berbeda dengan lele dumbo atau lele lain yang lebih dulu beredar. Menurut Maylana, kepala lele Masamo lebih lonjong, menyerupai sepatu pantofel model lama. Sirip (patil) lebih tajam, badan lebih panjang dan berwarna kehitaman. Ketika stres, muncul warna keputih-putihan atau keabu-abuan.

Lebih detil, Danang Setianto menggambarkan, perbedaan lainnya terdapat bintik seperti tahi lalat di sekujur tubuh lele Masamo yang berukuran besar, memiliki tonjolan di tengkuk kepala, serta bentuk kepala lebih runcing. “Pada induk, tonjolan di tengkuk terlihat nyata. Sangat berbeda dengan induk jenis lain, sehingga tak mungkin dipalsukan,” ungkapnya.

Tetapi saat masih berukuran benih, secara fisik lele masamo susah dibedakan dengan benih lele varietas lain. “Bedanya pada sifat. Masamo lebih agresif dan nafsu makan kuat. Sehingga jika manajemen pakan tidak bagus bisa berakibat kanibalisme,” papar Danang. Karena itu Danang hanya memasarkan benih Masamo kepada pembudidaya pembesaran yang serius, bukan yang tradisional.

Sifat Kanibal Lele Masamo

Mubin mengistilahkan era kanibalisme tinggi pada lele masamo sudah lewat. “Dulu, waktu generasi awal sekali, sebelum yang generasi I itu memang iya. Pada generasi 1 sudah jauh berkurang  sifat kanibal lele Masamo,” tegasnya. Mubin telah  melakukan uji keseragaman ukuran anakan di hari ke-40 pemeliharaan. Hasilnya, keseragaman akhir normal. Keseragaman akan njomplang jika kanibalisme tinggi, karena ada lele dominan yang memakan lele lain.

Budidaya Lele di Mojokerto sangat bisa dilakukan, dan hal ini sudah dibuktikan oleh Totok Winaryo (46), warga karanglo yang menjadi pelopor Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) di lingkungannya.

(erik)

Responsive Images

Tinggalkan komentar