IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Ribuan Jemaah Salat Idul Adha di Lapangan Surodinawan, Ceramahnya Adem

salat idul adha
Ribuan jemaah salat Idul Adha di Lapangan Raden Wijaya, Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon, Mojokerto, Rabu (28/6/2023) pagi. (Achmad/KabarTerdepan.com)

Kota Mojokerto, KabarTerdepan.com – Salat Idul Adha di Lapangan Raden Wijaya, Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon, Mojokerto, Rabu (28/6/2023) pagi diikuti ribuan jemaah.

Acara yang digelar Pengurus Cabang Muhammdiyah Prajutir Kulon mendatangkan khotib Ustadz H Ashuri dari Sidoarjo dengan imam Ustadz Dedik Irawan dari Mojokerto.

Responsive Images

Para jemaah mulai berdatangan sekitar pukul 05.30 pada kegiatan yang dimulai pukul 06.15 di lapangan yang berlokasi di samping Koramil Surodinawan tersebut.

Puluhan mobil dan ratusan sepeda motor para jemaah diparkir di area lapangan, sehingga tidak memenuhi Jl Raya Surodinawan.

Usai salat Idul Adha berjamaah, Ustadz Ashuri mengawali khutbahnya dengan menyebutkan bahwa Hari Raya Idul Adha dengan puasa Arafah sudah dikerjakan Rasulullah Muhammad SAW sejak tahun 2 Hijriah, dengan wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah dan melakukan penyembelihan kurban pada 10 Dzulhijjah. ‘’Sedangkan perintah melaksanakan haji baru turun pada tahun 6 Hijriah,’’ katanya.

Jadi, lanjutnya, memang ada perbedaan syariat dari dua kegiatan tersebut. Di dunia modern saat ini, termasuk di Tanah Air, juga terjadi perbedaan pandangan mengenai pelaksanaan rangkaian ibadah tersebut.

salat idul adha
Ustadz Ashuri khutbahnya demenyebutkan tentang Hari Raya Idul Adha dengan puasa Arafah dikerjakan Rasulullah Muhammad SAW sejak tahun 2 Hijriah. (Achmad/KabarTerdepan.com)

‘’Ada yang berpendapat bahwa puasa Arafah harusnya bersamaan dengan pelaksanaan wukuf di Padang Arafah. Ada juga yang tidak sependapat dengan hal itu,’’ tambahnya.

Termasuk organisasi Islam besar di Indonesia seperti Muhammadiyah juga berbeda pendangan mengenai pelaksanaan puasa Arafah. Ada yang berpendapat kalau di suatu negara hilal belum terlihat dengan kasat mata maka belum sampai pada saatnya puasa Arafah, meskipun di Arab Saudi sudah terjadi, atau sebaliknya.

‘’Namun perbedaan itu jangan dijadikan pertentangan mengenai pelaksanaan puasa Arafah, termasuk pelaksanaan salat Idul adha. Perbedaan ini jangan menjadikan kita saling menyalahkan,’’ tuturnya.

Seperti sekarang, misalnya, saudara kita dari Nahdhatul Ulama dan yang ikut ketentuan pemerintah, hari ini menjalankan puasa. ‘’Karena dasarnya hilal harus terlihat mata, yang syarat terlihat mata ketinggian hilal harus tiga derajat. Karena kalau satu derajat masih belum terlihat,’’ sahutnya.

Nah perbedaan semacam ini, tegasnya, jangan sampai menjadikan kita saling menyalahkan dan saling merasa benar.

‘’Kita harus saling menghormati perbedaan pendapat ini. Termasuk kalua ada perbedaan dalam pelaksanaan takbir tujuh kali salat Idul Adha. Ada yang mengangkat tangan, ada yang tidak mengangkat tangan, karena masing-masing punya dasar sendiri-sendiri yang juga kuat. Kita sama-sama saling mengetahui dan mengenal ilmu fiqihnya,’’ ungkapnya.

Selanjutnya khutbah diisi dengan pelaksanaan umrah dan haji yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, termasuk terjadinya perjanjian Hudaibiyah di awal Rasulullah melaksanakan umrah.

Selain itu, diceritakan mengenai haji terakhir Nabi Muhammad yang diwarnai peristiwa mengharukan. Karena saat itu Rasulullah sempat memberikan isyarat bahwa haji adalah yang terakhir dilaksanakan, menyusul turunnya ayat terakhir Alquran. (*)

Responsive Images

Tinggalkan komentar