Jelang Ramadan, Makam Pangeran Sukowati Sragen Banyak Dikunjungi Peziarah Lokal

Avatar of Andy Yuwono
Gerbang makam Pangeran Sukowati Desa Pengkol, Kecamatan Tanin, Sragen. (Masrikin/kabarterdepan.com)
Gerbang makam Pangeran Sukowati Desa Pengkol, Kecamatan Tanin, Sragen. (Masrikin/kabarterdepan.com)

Sragen, kabarterdepan.com- Jelang bulan suci Ramadan, makam Sukowati yang terletak di Desa Pengkol Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen banyak dikunjungi peziarah lokal.

Para peziarah lokalan Sragen tersebut datang untuk kirim doa selamat di makam Pangeran Adipati Mangkubumi Sukowati yang dikenal sebagai tokoh berdirinya Kabupaten Sragen.

Responsive Images

Mustaqim (36) salah satu peziarah asal Kalijambe mengatakan, dirinya bersama rombongan datang ke makam pangeran Sukowati untuk berziarah kirim doa selamat.

“Kegiatan ziarah kami lakukan setiap jelang bulan ramadhan, kami datang untuk kirim doa selamat kepada leluhur,” ucapnya, Sabtu (9/3/2024).

Ditambahkan Mustaqim, ziarah ke makam Pangeran Sukowati ini selalu dilakukan oleh keluarga besarnya, kegiatan ziarah sudah menjadi tradisi di keluargannya.

“Tradisi ziarah sudah dilakukan turun temurun oleh keluarga besar kami, terutama jelang bulan ramadan,” tuturnya.

Nama Sukowati diadopsi dari sebuah nama seorang pangeran yang hidup semasa zaman Kerajaan Mataram yakni Pangeran Sukowati.

“Kata suko berarti senang atau suka dan wati berarti keindahan. Oleh sebab itu, Kabupaten Sragen tidak terlepas dari sejarah adanya makam Pangeran Sukowati,” ujar Mbah Gito (72) selaku juru kuncen makam Pangeran Sukowati.

Kondisi area makam Pangeran Sukowati. (Masrikin/kabarterdepan.com)
Kondisi area makam Pangeran Sukowati. (Masrikin/kabarterdepan.com)

Menurutnya, kiprah Pangeran Sukowati merupakan sejarah berdirinya Kabupaten Sragen serta napak tilas dari perjuangan adik dari Pangeran Pakubuwono II melawan penjajahan Belanda pada masa Kerajaan Mataram atau sekitar tahun 1746 silam.

“Dahulunya Pangeran Sukowati, sangat membenci Belanda. Dengan tekad yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang, dan catatan disebut Perang Mangkubumen (1746–1757),” terang Gito.

Lanjut Gito, waktu itu atas sikap adiknya tersebut Sunan PB II tidak tega kepada adiknya, tapi karena sudah berhutang budi kepada Kompeni. Ia memberi bekal berupa Tombak Pusaka Keraton Kanjeng Kyai Pleret dan uang secukupnya

Dalam perjalanan perang peratag Mongkubumen sekitar tahun 1746-1757 Pangeran Mangkubumi dengan pasukannya sampai ke desa Pandak Karangnongko masuk tlatah bumi Sukowati.

Di desa ini Pangeran Mangkubumi membentuk Pemerintahan Pemberontak Desa Pandak Karangnongko dijadikan pusat pemerintahan Projo Sukowati dan meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati.

Karena secara geografis Desa Pandak Karangnongko terletak di tepi Jalan Lintas tentara Kompeni Surakarta-Madiun, pusat pemerintahan tersebut dianggap kurang aman, maka kemudian dipindah ke Desa Gebang yang terletak di sebelah tenggara Desa Pandak Karangnongko.

Sejak itu Pangeran Sukowati memperluas daerah kekuasaannya serta memperkuat pasukannya dengan bahu-membahu bersama saudaranya Raden Mas Said dan Adipati dari Grobogan yaitu KRT Martopuro dan beberapa kerabat yang bersimpati dengan perjuangan Pangeran Mangkubumi.

Pusat Pemerintahan Projo Sukowati yang ada di Desa Gebang ini pun akhirnya tercium oleh Kompeni Belanda yang bekerja sama dengan Kasunanan dan akan mengadakan penyerangan ke desa Gebang. Pasukan Gabungan antara Kompeni dan Pasukan dari Keraton Surakarta tersebut dipimpin oleh Patih Pringgalaya.

Untung rencana tersebut diketahui oleh Petugas Sandi dan Pangeran Sukowati. Dengan berbagai pertimbangan maka Pusat Pemerintahan kemudian akan dipindahkan ke Desa Jekawal.

Dalam proses boyongan dari Gebang ke Jekawal, Tangen tersebut melewati suatu Padepokan yang dipimpin oleh seorang kyai, yakni Kyai Srenggi

Konon Kyai Srenggi ini adalah salah seorang Panglima Perang dari Sunan Amangkurat di Kartosuro, yang sebetulnya bernama asli Tumenggung Alap-Alap.

Untuk menghilangkan jejak beliau berganti nama Kyai Srenggi. Pada saat Pangeran Sukowati singgah di padepokan tersebut oleh Kyai Srenggi disuguhi Legen dan Polowijo.

Pangeran Sukowati merasa sangat puas dan beliau bersabda bahwa tempat tersebut diberi nama Sragen dari kata Pasarah Legen dan Kyai Srenggi diberi sebutan Ki Ageng Srenggi.

Akhirnya Pangeran sukowati dalam perjalanan perangnya bergerak melewati berbagai desa, antara lain Desa Cemara, Tingkir, Wonosari hingga ke Desa Pandak, Karangnongko masuk Tlatah Sukowati.

Akan tetapi karena sesuatu hal Pangeran Sukowati meninggal dunia dan dimakamkan di lokasi ini yaitu Dusun Pengkol.

“Makam Pangeran Sukowati tidak pernah sepi peziarah, kebanyakan yang datang adalah pengunjung lokal Sragen,” pungkas Gito sang juru kuncen. (kin).


Eksplorasi konten lain dari Kabar Terdepan

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar