Pj Wali Kota Apresiasi Kelompok Wanita Tani di Kota Mojokerto, Alternatif Solusi Ketahanan Pangan

Ibu-ibu di Kota Mojokerto memamerkan hasil kegiatan hasil bercocok tanam. (Diskominfo Kota Mojokerto)
Ibu-ibu di Kota Mojokerto memamerkan hasil kegiatan bercocok tanam. (Diskominfo Kota Mojokerto)

Kota Mojokerto, Kabarterdepan.com – Pemkot Mojokerto menginisiasi gerakan pertanian perkotaan ini melalui program Kelompok Wanita Tani (KWT).

Salah satunya adalah KWT Teras Hijau di Keluruahan Pulorejo. Ada sekitar 15 ibu=ibu yang tergabung dalam KWT tersebut. mereka memanfaatkan lahan kosong milik kelurahan yang tidak terlalu besar untuk ditanami beragam jenis sayuran, seperti cabai, tomat, kenikir, terong, pakcoy, dan lain-lain.

Responsive Images

Metodenya pun beragam. Ada yang menggunakan polybag, langsung media tanah, dan dengan sistem hidroponik menggunakan air. Sementara untuk pemupukan dilakukan dengan bahan organik, berupa Pupuk Organik air (POC) dan kompos, dari sampah organik rumah tangga yang dihasilkan warga sekitar.

“Untuk kangkung kami ada 5 gundukan, yang masing-masing bisa menghasil 8-9 kg. Jadi selain untuk konsumsi anggota, juga dijual. Terus ada cabai. Itu biasanya juga ada anggota yang sehari-hari berjualan makanan. Itu belinya di kita,” tutur Sunarti, salah satu pengurus KWT.

Meski terkadang agak kesulitan untuk memasarkan hasil panennya, karena dinilai lebih mahal dibanding sayur non-organik, Sunarti dan kelompoknya tidak lantas goyah. Mengingat, selain memberikan opsi sayur yang lebih sehat bagi keluarga mereka, keberadaan kelompok tani yang dibentuk empat tahun lalu ini juga menambah kerukunan antar warga.

Selain dilakukan secara berkelompok, urban farming juga dilakukan secara mandiri. Sala satunya oleh pasangan Deni dan Titin, warga Kelurahan Pulorejo. Mereka memanfaatkan sistem hidroponik tidak hanya untuk menanam sayuran, melainkan juga buah.

“Kami pilih hidroponik ini karena cocok untuk lahan rumah yang sempit dan cukup mudah. Selain itu juga ternyata bisa untuk berbagai jenis tanaman. Biasanya untuk sayur, ini yang terbaru kami coba untuk menanam buah melon dan bisa berbuah dengan baik,” ungkap Titin.

Fenonema urban Farming tersebut diapresiasi Penjabat (Pj) Wali kota Mojokerto Moh. Ali Kuncoro. Menurutnya kegiatan tersebut tidak hanya menghijaukan lingkungan, tapi juga menyediakan sayuran segar yang bisa dikonsumsi sebagai sumber nutrisi untuk keluarga.

“Ini menunjukkan adanya kesadaran ketahanan pangan dari masyarakat,” ujar Pj Wali kota, Minggu (21/1/2024).

Selain itu Ali Kuncoro juga menyebut penerapan urban farming juga secara ekonomi menguntungkan bagi warga. Sebab untuk beberapa jenis sayuran dan bumbu dapur dapat dipenuhi secara mandiri melalu hasil budidaya tersebut. Bahkan lebih lanjut, praktiknya juga dapat membantu menekan laju inflasi daerah.

“Karena sejumlah tanaman termasuk dalam jenis komoditas yang kerap mengalami kenaikan dan berkontribusi pada terjadinya inflasi daerah, seperti cabai, bawang, dan tomat,” tambah sosok yang akrap disapa Mas Pj ini. (*)


Eksplorasi konten lain dari Kabar Terdepan

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar