IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Polemik Wisuda TK hingga SMA, Pakar UGM Beberkan Fakta Perbedaan di Luar Negeri

Yogyakarta, KabarTerdepan.com – Polemik wisuda TK hingga SMA sempat menjadi polemik di tanah air beberapa waktu lalu. Atas polemik itu, pakar Universitas Gajah Mada (UGM) membeberkan fakta perbedaan wisuda siswa di tanah air dan di luar negeri.

Sebagaimana diketahui, prosesi wisuda TK hingga SMA dikeluhkan oleh para orangtua. Selain karena tidak ada urgensi, juga memberatkan wali murid secara materi.

Responsive Images

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) kemudian mengeluarkan Surat Edaran Nomor 14 Tahun 2023 tentang kegiatan wisuda anak usia dini, Satuan Pendidikan Jenjang Dasar dan Satuan Pendidikan Jenjang Menengah.

Di surat edaran itu disebutkan bahwa wisuda TK hingga SMA tidak bersifat wajib, dan tidak boleh membebani wali murid. Jika pun ada yang tetap menggelar wisuda maka wajib melibatkan komite sekolah dan orang tua siswa atau wali murid.

Atas polemik itu, pakar UGM menyampaikan fakta perbedaan wisuda siswa di luar negeri. Pengamat Perkembangan Anak, Remaja, dan Pendidikan, T. Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D., Psikolog, menyampaikan pro-kontra acara wisuda yang dilaksanakan satuan pendidikan mulai dari wisuda TK hingga SMA ini bermula dari adanya fenomena yang banyak terjadi saat ini.

“Dulu, istilah wisuda hanya digunakan oleh jenjang perguruan tinggi. Namun, seiring berjalannya waktu wisuda dilakukan oleh semua jenjang pendidikan,” tulisnya sebagaiman dilansir kabarterdepan.com dari laman resmi UGM.

Novi Poespita menambahkan, jika dulu TK sampai SMA namaya pelepasan atau perpisahan ke jenjang selanjutnya, tapi belakangan ini semua menyebutnya wisuda. Wisuda TK hingga SMA di jenjang ini juga terlalu berlebihan bahkan memengaruhi material wali murid.

Dosen Fakultas Psikologi UGM ini menyebutkan perbedaan wisuda siswa di luar negeri. Menurutnya istilah wisuda (graduation) dipakai di semua jenjang pendidikan. Hanya saja perayaan wisuda di luar negeri dilakukan secara sederhana.

“Dari pengalaman saat wisuda anak ketika SD di Australia, kami diundang dan mendengarkan setiap anak perkembangannya seperti apa. Jadi, merayakan perkembangan anak poinnya. Tidak ada acara makan-makan dan perayaan mewah lainnya,”urainya.

Novi Poespita menyebut wisuda di jenjang TK hingga SD kerap sampai menyewa gedung mewah, menyewa baju, dan lainnya. Hal tersebut menjadi terlalu berlebihan dan memberatkan orang tua serta sekolah.

“Sebenarnya perlu edukasi karena kalau cuma dilarang wisuda nantinya akan tetap ada kegiatan serupa, hanya ganti nama. Bukan soal selebrasi atau wisudanya tapi lebih ke life style berlebihan saat wisuda,” tegasnya.

Novi Poespita menekankan pentingnya edukasi kepada semua pihak termasuk orang tua. Esensi dari kegiatan wisuda adalah sebagai ajang refleksi bagi anak-anak dan orang tua  terkait perjalanan mereka selama menjalani pendidikan.

“Sebenarnya wisuda itu selain mensyukuri ada tahap yang sudah terlampaui, tetapi juga sebagai refleksi perkembangan apa yang sudah dicapai. Refleksi pada masing-masing anak,” tuturnya.

Bukan hanya itu, wisuda juga dimaknai untuk menyiapkan anak dan orang tua menjalani jenjang pendidikan selanjutnya. Misalnya, siswa yang akan masuk SMP di usia remaja.

“Nah, memasuki masa remaja ini apa yang perlu disiapkan orang tua, apa yang dipesankan pada anak-anak, pemaknaan seperti ini yang harus dipelajari,” pungkasnya. (*)

Responsive Images

Tinggalkan komentar