Jakarta, Kabarterdepan.com – Menteri Perdagangan Indonesia ke-28, Muhammad Lutfi mengomentari sikap Cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka dalam akun TikTok pribadinya @mmd.lutfi yang berjudul, “Apakah Gibran Sombong dan Ofensif?”.
“Apakah Gibran Sombong dan Ofensif di debat cawapres atau ada sisi lain yang terlewatkan?, Sini saya akan jelaskan. Mari kita sorot sikap Gibran pasca debat, dengan rendah hati. Dia tidak hanya sekali tapi dua kali meminta maaf dan bahkan sampai mencium tangan sebagai tanda hormat,” ungkap Muhammad Lutfi, yang juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat dari 14 September 2020 – 23 Desember 2020.
Lebih lanjut, Muhammad Lutfi mengatakan, ini bukan hanya soal etiket (etika), tetapi juga sebuah langkah gentleman yang langka di dunia politik kita. Gibran menunjukkan, dibalik gaya ekspresifnya dia punya hati besar untuk mengakui kesalahan dan belajar dari situ. Gaya bicaranya yang langsung dan ekspresif, tipikal anak muda ternyata membawa angin segar di panggung debat politik.
“Namun siapa sangka, ekspresinya yang begitu berapi-api, ternyata bisa menimbulkan salah paham. Bahkan, mungkin menyinggung beberapa pihak. Muda dan emosi adalah sifat manusia, tapi kebesaran hati untuk meminta maaf adalah nilai-nilai luhur budaya Indonesia yang harus dimiliki oleh pemimpin bangsa,” tutur Lutfi.
Menurutnya, Gibran menunjukkan hal ini, malam itu, suatu yang gagal disajikan oleh kedua Capres setelah memperolok Prabowo dalam debat yang lalu. Perilaku ini bukan hanya tentang sopan santun, tetapi juga kedewasaan emosional dan tanggung jawab moral.
“Nah, coba bandingkan dengan insiden saat Prabowo dibully oleh beberapa orang. Apakah mereka pernah meminta maaf seperti Gibran? Tidak kan, ini menunujukkan bahwa Gibran dengan semua gaya ekspresif dan semangat mudanya, telah mengambil langkah lebih dewasa dan bertanggung jawab,” jelas Lutfi.
Keunggulan Gibran, imbuh Lutfi, tidak hanya terletak pada sifat ekspresifnya, tetapi juga refleksnya sebagai anak muda, cepat dan tanggap. Hal ini terbukti saat petugas terjatuh, dia langsung sigap menolong. Kecepatan dan kepedulian seperti ini adalah sifat-sifat penting yang dibutuhkan seorang pemimpin.
“Jika masih ada yang meragukan ketulusan maaf dari Gibran, mungkin kita perlu memikirkan ulang, mengakui kesalahan, meminta maaf di dunia politik yang sering kali keras tanpa ampun adalah sebuah tindakan yang harus dihargai. Gibran tidak hanya berdebat dengan kata-kata tapi juga dengan tindakan yang menunjukkan ia adalah seorang yang bertanggung jawab dan punya intergritas,” pungkasnya
Eksplorasi konten lain dari Kabar Terdepan
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.