IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Melihat Tradisi Dugderan Jelang Ramadan di Kota Semarang

Avatar of Andy Yuwono
Kemeriahan tradisi Dugderan jelang Ramadan di Kota Semarang. (Ahmad/kabarterdepan.com)
Kemeriahan tradisi Dugderan jelang Ramadan di Kota Semarang. (Ahmad/kabarterdepan.com)

Semarang, kabarterdepan.com – Dugderan merupakan tradisi tahunan menjelang Ramadan yang sudah membudaya di Kota Semarang sejak zaman kewalian. Ritual ini diwujudkan dalam bentuk festival pasar malam, di mana nyaris seluruh jenis mata dagangan tersedia.

Tradisi dugderan yang diadakan di alun-alun masjid Kauman, Pasar Johar Semarang ini, mulai tanggal 1 sampai 9 Maret 2024. Dugderan ini terlaksana atas kerjasama Persatuan Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Johar dengan Ta’mir Masjid Besar Kauman Semarang.

Responsive Images

“Setidaknya 9 sampai 10 hari menjelang Ramadan acara Dugderan ini terselenggara,” ungkap Krisjianto, salah satu panitia dari unsur PPJP Johar Semarang, Minggu (3/3/2024).

Dugderan ini merupakan ajang keramaian dan pertemuan antara pedagang dan pembeli, di mana pembeli bisa mendapatkan harga yang lebih murah dari biasanya.

“Umumnya pedagang banting harga. Di samping ada unsur dan nilai ibadah, juga yang terpenting dagangan laku dalam partai besar pada momen dugderan ini,” tambahnya.

Warga menyerbu lapak dagangan di pasar malam Dugderan Kota Semarang. (Ahmad/kabarterdepan.com)
Warga menyerbu lapak dagangan di pasar malam Dugderan Kota Semarang. (Ahmad/kabarterdepan.com)

Faiz, pedagang kerak telor mengatakan dirinya tiap tahun mengikuti dugderan.

“Lumayan mas mendongkrak jualan kerak telor saya. Dari bakda Asar sampai malam sekitar jam 22.00 WIB, ada kalau 50 piring,” katanya bangga.

Lain halnya dengan Kuyung, pedagang perhiasan berlapis emas dari Riau ini.

“Ambo (saya, red) baru sehari dagang di siko (di sini), omset yang ambo dapat Luar biasa,” ujarnya berbinar.

Rata-rata semua pedagang merasa puas dengan acara dugderan ini. Hampir semua pedagang laris manis. Dari es teh manis, soto, sate, mainan anak-anak, busana muslim, kopiah, sarung, perhiasan imitasi, es buah, dan sebagainya.

Dugderan, ungkap Muhammad Mu’in dari unsur Ta’mir Masjid Besar Kauman, awalnya adalah acara arak-arakan Warak Ngendhok.

“Warak itu tipe hewan berbulu seperti domba, mukanya seperti macan, dan mengeluarkan lidah api. Tapi anehnya, hewan ini bertelor seperti unggas. Ini memang hewan mitos, tapi konon pernah hidup di zaman kewalian,” terangnya.

Tapi, lanjutnya, cerita ini terjadi turun temurun.

“Kita ambil sisi positifnya saja. Apalagi menjelang bulan suci Ramadan,” tambahnya.

Bagaimanapun juga momen Dugderan selalu dinanti kehadirannya. Segenap lapisan masyarakat menyambutnya dengan gegap gempita. Di Kota Semarang khususnya, Ramadan tanpa Dugderan, terasa hampa dan tidak ada greget. (Ahmad)

Responsive Images

Tinggalkan komentar