IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Masjid Mujahidin di Sragen Simpan Manuskrip Arab Berusia Ratusan Tahun

Avatar of Redaksi
Manuskrip Arab berusia ratusan tahun di Masjid Mujahidin di Sragen. (Masrikin/kabarterdepan.com)
Manuskrip Arab berusia ratusan tahun di Masjid Mujahidin di Sragen. (Masrikin/kabarterdepan.com)

Sragen, Kabarterdepan.com – Masjid Mujahidin di Dukuh Kaligunting, Desa Kedawung, Kecamatan Mondokan, merupakan salah satu masjid yang tertua di Kabupaten Sragen.

Hingga saat ini masjid Mujahidin masih dipergunakan masyarakat muslim untuk beribadah. Meski sempat alami beberapa kali pemugaran. Namun masjid Mujahidin hingga kini masih terlihat kesakralannya.

Responsive Images

Masjid yang berlokasi di samping kantor kecamatan Mondokan ini, menyimpan beberapa peningggalan zaman dahulu, yakni tiang soko penyangga di dalam masjid yang konstruksinya masih utuh. Selain itu masjid ini juga masih menyimpan manuskrib kitab arab gundul berusia ratusan tahun.

Manuskrip Arab gundul yang dimaksud adalah Kitab Tauhid Umm Al-Barahin . kitab ini berisi tauhid, fikih, dan hizib untuk ilmu kanuragan.

Kitab yang berukuran panjang 30 cm dan lebar sekitar 25 cm dengan ketebalan 630-an halaman tersebut bahannya bukan terbuat dari kertas, melainkan terbuat dari kulit sapi yang cukup tipis. Tulisannya menggunakan tinta hitam dan tinta merah.

Manuskrip kuno tersebut diperkirakan berusia ratusan tahun, dan diperkirakan ditulis pada tahun 1878 Masehi atau 1299 Hijriah.

Manuskrip Arab gundul itu diduga ditulis Kiai Hamdi saat masih mengaji Kiai Abdul Jalal 1 di Masjid Jogopaten, Desa Jetiskarangpung, Kalijambe, Sragen.

Sempat menghilang berpuluh puluh tahun, kitab tersebut ditemukan kembali oleh Takmir Masjid Mujahidin pada tahun 2022 lalu lewat petunju sebuah mimpi.

Masjid Mujahidin di Sragen setelah mengalami beberapa pemugaran. (Masrikin/kabarterdepan.com)
Masjid Mujahidin di Sragen setelah mengalami beberapa pemugaran. (Masrikin/kabarterdepan.com)

Puji Hastomo, pengurus Masjid Mujahidin, saat berbincang dengan wartawan, Senin (18/3/24), mengungkapkan, dulu ada tiga kitab di masjid Mujahidin. Tetapi baru satu kitab manuskrip yang ditemukan pada 2022 lalu.

“Setelah bermimpi dikasih kitab itu oleh seseorang berjubah dan bersorban putih, keesokan harinya bertemu dengan teman yang tinggal di luar Jawa yang kebetulan pulang ke Mondokan,” ujar Hastomo.

Kemudian temannya bercerita kepada Puji soal kitab Masjid Mujahidin. Kitab itu disimpan dan kemudian diserahkan kembali ke masjid Mujahidin.

“Teman saya kembali ke luar Jawa dan pulang hanya khusus menyerahkan kitab itu dan kembali lagi ke luar Jawa,“ ujarnya

Hastomo menjelaskan, kondisi kitab yang ia terima kondisi sebagian halaman sudah rusak. Ia menyebut lembaran yang masih tersisa ada sekitar 630 lembar.

Setelah mempelajari isi kitab itu, Hastomo menyatakan kitab itu adalah Kitab Tauhid Umm Al-Barahin yang berisi tauhid, fikih, dan hizib untuk ilmu kanuragan.

Menurutnya kitab ini ditulis Kiai Hamdi yang juga cucu dari KH. Mochammad Qorib dan masih cucu keponakan dari Kiai Abdul Jalal 1 yang memiliki nama kecil Bagus Turmudi. Kiai Qorib itu, kata dia, merupakan kakak dari Kiai Abdul Jalal.

“Dua kitab lainnya belum diketahui keberadaannya. Saya menduga manuskrip yang ditemukan di Pelemgadung, Karangmalang, Sragen, itu kemungkinan ada hubungan dengan kitab yang ditulis Mbah Hamdi ini,“ katanya.

Hastomo menerangkan kitab ini sempat didigitalisasi oleh para pemuda Mondokan yang difasilitasi Camat Mondokan, Agus Endarto. Dia menerangkan kitab ini sempat hilang pada 1989 dan baru ditemukan kembali pada 2022 atau setelah 33 tahun.

Dengan ditemukannya kitab itu, Hastomo menginisiasi adanya Salat Tarawih kembali ke 23 rakaat karena sebelumnya 11 rakaat.

“Kitab ini jelas isinya ajaran mazhab Syafi’iyah. Dulu di sekitar masjid ini ada pondok pesantrennya, sekarang sudah tidak ada. Bapak saya merupakan salah satu santrinya. Santri yang masih hidup tinggal Mbah Darto yang usianya sudah 82 tahun,“ ujarnya.

Di tempat terpisah Camat Mondokan, Agus Endarto mengatakan, Manuskrip yang ditemukan di Masjid Mujahidin itu sudah berumur di atas 100 tahun. Dia melihat keberadaan kitab itu menjadi bukti adanya pembentukan akhlak mulia di Mondokan.

“Dulu memang ada para pemuda Mondokan yang mendigitalisasi manuskrip itu. Sekarang disimpan di masjid. Digitalisasi itu sebagai pelestarian mengingat lembaran kitab itu banyak yang rusak. Digitalisasi dilakukan pada September 2022 lalu dengan metode sederhana,“ katanya. (kin)

Responsive Images

Tinggalkan komentar