IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Kisah Keluarga Penerima PKH di Sragen Sukses Sulap Limbah Sampah Jadi Produk Kerajinan

Avatar of Redaksi
Keseharian Wagiyem saat mengayam limbah sampah tali stapping menjadi tas keranjang (masrikin/kabarterdepan.com)
Keseharian Wagiyem saat mengayam limbah sampah tali stapping menjadi tas keranjang (masrikin/kabarterdepan.com)

Sragen, kabarterdepan.com – Kesabaran Wagiyem dan suaminya, Suwandi, warga desa Sono Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen yang menyulap limbah sampah tali strapping menjadi produk kerajinan tangan membuahkan hasil hingga bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.

Di tangan mereka, tali strapping bekas yang biasanya dipergunakan untuk mengikat barang bangunan seperti hebel atau bata ringan yang semula tak berguna ternyata bisa diolah menjadi produk anyaman keranjang sampah, lemari, tas, tumbu, rak buku, tempat parsel dan lain lain.

Responsive Images

Pasangan suami istri tersebut sudah menekuni pembuatan kerajinan ini sejak dua tahun terakhir, hasil kerajinan dari daur ulang sampah plastik ternyata mempunyai nilai jual yang cukup tinggi.

Dalam sehari, Wagiyem mampu membuat 10 hingga 12 jenis tas keranjang dan tumbu dengan ukuran bervariasi. Dirinya mengaku saat ini kerajinan tangan miliknya banyak disukai oleh pembeli karena hasilnya rapi dan bagus.

Kepada kabarterdepan.com, Wagiyem mengatakan bahwa hasil kerajinan itu dijual dengan harga puluhan ribu hingga ratusan ribu, tergantung produknya. Jika produknya berupa tumbu dan tas, maka harganya hanya kisaran puluhan ribu saja. Tetapi kalau produknya seperti rak sepatu dan lemari maka harganya bisa sampai ratusan ribu rupiah.

“Kalau tumbu dan tas keranjang kisaran 10 ribu sampai dengan 20 ribu tergantung ukuran, kalau lemari bisa sampai 400 ribu,” ucap Wagiyem, Sabtu (22/6/2024).

Wagiyem mengaku keahlian mengolah sampah tali stapping berawal saat dirinya menjadi anggota Program Keluarga Harapan (PKH) dan menerima pelatihan. Dari sejumlah anggota yang mengikuti pelatihan hanya dirinya yang sabar dan menekuni usaha tersebut hingga saat ini.

“Awalnya dari pelatihan PKH, dengan sabar kita tekuni hingga sekarang ini, ya dari hasil dari bantuan PKH kita gunakan untuk modal usaha,” kata Wagiyem.

Sementara Suwandi mengaku, saat lebaran idul fitri kemarin pihaknya pernah menerima ribuan pesanan tas yang diorder oleh para pedaganh pasar. Tas-tas tersebut dipergunakan untuk THR para pelanggan di pasar. Namun karena keterbatasan produksi, Suwandi dan Istri baru bisa menyelesaikan awal bulan Juni lalu.

“Saat hari raya idul Fitri kemarin total ada ribuan tas kerajinan kami yang dipesan, awal bulan kemarin baru bisa kita selesaikan pesanan tersebut, Alhamdulilah, yang memesan juga tidak komplain karena terlambat pengirimannya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Suwandi menambahkan, terkait bahan sampah tali strapping saat ini pihak sudah berkerjasama dengan toko material bangunan yang tersebar wilayah Kabupaten Sragen. Ia berpesan kepada mereka untuk mengumpulkan bekas tali strapping bekas tersebut. Ketika sudah terkumpul, ia berani membelinya dengan harga Rp 3000 perkilogram.

“Untuk bahan sudah ada langganan dari banyak toko material bahan bangunan, biasanya tenaganya yang mengumpulkan, terus kita beli,” terangnya.

Menurutnya, sebetulnya terdapat sampah tali strapping yang lebih murah, tetapi lokasinya berada di luar kota. Namun pihaknya sudah trauma sebab barang yang terima tidak bisa dipakai. Atas kejadian tersebut dirinya hanya mengambil bahan dari lokalan Sragen saja.

“Pernah kita beli sampah tali strapping dari luar kota beberapa karung tetapi barangnya tidak bisa dianyam karena terlalu pendek, mendingan saya cari yang lokalan saja,” tandasnya.

Suwandi suami Wagiyem membuat lemari dari bahan limbah sampah plastik.( Masrikin/kabarterdepan.com)
Suwandi suami Wagiyem membuat lemari dari bahan limbah sampah plastik.( Masrikin/kabarterdepan.com)

Meski masih kekurangan modal untuk mengembangkan usaha kerajinan dari limbah sampah plastik tersebut, pasangan suami tersebut tetap akan bertahan untuk menjalankan usahanya itu karena dari situlah mereka bisa menghidupi keluarganya.

“Hitung-hitung membantu Pemerintah mengurangi limbah sampah, kita buat kerajinan dan dapat hasilnya,” terangnya.

Menurut pengakuan pasutri terebut, hasil kerajinan miliknya sempat diikutkan event UMKM di beberapa tempat di Sragen. Namun Pasutri tersebut hanya mensuplai barang, Sementara pihaknya tidak tahu yang membawa hasil karyanya ke dalam event tersebut.

“Banyak yang datang untuk memesan kerajinan kami, kebanyakan ibu-ibu PKK, sempat juga diikutkan pameran, dan mendapat apresiasi dari dari pejabat setempat, tapi mereka tidak tahu kalau itu hasil kerajinan dari kami, Semoga Pemerintah dapat mensuport usaha kami dan,” harap Pasutri tersebut. (Masrikin).


Eksplorasi konten lain dari Kabar Terdepan

Mulai berlangganan untuk menerima artikel terbaru di email Anda.

Respon (1)

  1. Luar biasa! Kisah inspiratif keluarga penerima PKH di Sragen yang berhasil mengubah limbah sampah menjadi produk kerajinan sungguh menginspirasi. Ini menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan ketekunan, sesuatu yang dianggap tidak berharga bisa menjadi sumber penghidupan yang berarti. Salut untuk usaha dan dedikasi mereka!

Tinggalkan komentar