IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Pasca Demo Ricuh Warga Tolak Relokasi di Batam, Begini Kondisinya saat ini

Demo ricuh tolak relokasi di Batam, Senin (11/9/2023). (Tangkapan layar medsos)
Demo ricuh tolak relokasi di Batam, Senin (11/9/2023). (Tangkapan layar medsos)

Batam, KabarTerdepan.com – Demo penolakan relokasi warga Rempang di depan kantor BP Batam di Batam Centre, Senin (11/8/2023) berakhir ricuh. Sejumlah massa melemparkan batu dan kayu ke arah dalam BP Batam dan merobohkan pagar masuk BP Batam.

Kericuhan ini diduga terjadi akibat belum adanya kesepakatan antara warga dengan kepala BP Batam yang menemui warga. Warga Rempang tetap pada komitmen menolak kampung tua yang telah mereka tempat ratusan tahun digusur dan warganya direlokasi. Rencananya lokasi tersebut akan dibangun Rempang Eco-City dan warga mendapatka kompensasi sesuai kesepakatan.

Responsive Images

“Kami menolak relokasi,” teriak warga.

Pada kesempatan itu Kepala BP Batam Muhammad Rudi mengatakan dirinya tidak punya kebijakan. Semua terkait rencana Rempang Eco-City sudah diputuskan pusat.

“Jadi saya tidak punya banyak kewenangan di sini, seperti yang saya sampaikan di aksi pertama,” kata Rudi.

Setelah pernyataan tersebut, massa terus berteriak soal tuntutan mereka. Beberapa kali lemparan botol terjadi ke arah kantor BP Batam yang dijaga aparat gabungan.
Melalui orator massa meminta Rudi menyatakan sikap untuk tidak merelokasi 16 kampung tersebut di depan massa. Warga akhirnya semakin memanas. Orator juga sempat mengumandangkan azan zuhur dari podium unjuk rasa.

Setelah itu massa semakin tak terkendali. Pagar gedung BP Batam dirobohkan, begitu juga lemparan botol hingga batu mengarah ke aparat.

Beberapa kericuhan di kumpulan massa juga terjadi. Massa mengejar polisi berpakaian bebas yang berusaha menangkap bagian mereka yang kedapatan melempar batu.

Selang beberapa saat, polisi semakin menambah pasukan, termasuk menurunkan mobil taktis. Massa dipaksa mundur.

Bahkan dalam tayangan video yang diterima Kabarterdepan.com, Nampak para pendemo juga menghujani petugas kepolisian dengan batu. Dalam insiden itu satu petugas kepolisian Bernama Aipda Supriadi menderita luka di kepala. Aipda Supriadi yang merupakan anggota Propam Polresta Balerang itu mengeluarkan banyak darah dari kepalanya.

Melihat situasi tidak kondusif, pasukan huru hara kemudian diterjunkan untuk meredam massa. Tembakan gas air mata dilakukan untuk membubarkan massa.
Massa yang jumlahnya sekitar 4.000 orang ini kemudian terpecah. Sebagian mundur ke arah Hotel Santika dan sebagian lagi arah gedung LAM.
Dalam aksi demo itu beberapa warga diamankan pihak kepolisian. Akan tetapi disebutkan mereka yang diamankan bukan warga asli Rempang.

Sementara itu saat ini situasi di Rempang Batam pasca kericuhan relatif terkendali. Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhajir Effendy berharap masalah tanah di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri), yang menimbulkan kericuhan, segera menemukan solusi. Ia juga mengingatkan mencari investor untuk pengembangan Rempang Eco-city bukanlah perkara mudah, dan dengan adanya investor yang masuk justru jadi peluang.

“Mudah-mudahan segera ada solusi yang memuaskan semua pihak. Jadi namanya investasi juga betul-betul kita sambut karena mencari investor juga tidak mudah sekarang ini. Ini adalah peluang,” kata Menko PMK Muhadjir Effendy, Rabu (13/9/2023).

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara soal demonstrasi warga yang menolak proyek pengembangan Pulau Rempang, Batam.

Jokowi mengatakan komunikasi yang dilakukan kepada warga kurang baik sehingga memicu kericuhan.

Menurut Jokowi sebenarnya sudah ada kesepakatan mengenai relokasi relokasi warga. Namun, kata Jokowi, kesepakatan itu tidak disampaikan dengan baik.

“Karena di situ sebetulnya sudah ada kesepakatan bahwa warga akan diberi lahan 500 meter plus bangunannya tipe 45, tetapi ini kurang dikomunikasikan dengan baik sehingga terjadi masalah,” ujar Jokowi. (*)

Responsive Images

Tinggalkan komentar