IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Cerita Warga Pulau Bawean yang Memilih Tidur di Tenda karena Gempa Susulan

Avatar of Redaksi
Warga di Pulau Bawean masih bertahan tinggal di tenda, Sabtu (23/3/2024). (Redaksi/kabarterdepan.com)
Warga di Pulau Bawean masih bertahan tinggal di tenda, Sabtu (23/3/2024). (Redaksi/kabarterdepan.com)

Gresik, kabarterdepan.com – Pasca gempa 6,5 magnitudo yang melanda wilayah perairan Tuban, Jumat (22/3/2024). Kini, Sabtu (23/3/2024) warga pulau Bawean Gresik masih memilih tidur di tenda di luar.penyebabnya mereka masih trauma masuk rumah mengingat sering merasakan gempa susulan.

Menurut data dari Badan Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan pada Sabtu (23/3/2024), gempa bumi susulan Bawean hingga pukul 14.24 Wib sudah mencapai 173 kali. Bahkan kondisi gempa sempat meningkat, mengingat pada pukul 07.50 Wib, gempa susulan mencapai 153 kali.

Responsive Images

Ketakutan warga untuk masuk rumah dirasakan oleh Firman, warga Dusun Pacinan, Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, Bawean, Gresik. Menurutnya, ia dan warga lainnya masih takut untuk tinggal di rumah karena masih merasakan gempa susulan.

“Sampai sekarang ini kami masih merasakan getaran gempa beberapa kali. Itu yang buat kita takut,” ujarnya, Sabtu (23/3/2024)

Firman menambahkan, kondisi rumah warga rata-rata banyak yang mengalami kerusakan akibat diguncang gempa. Mereka takut masuk rumah mengingat rumah mereka rentan ambruk jika dihantam gempa susulan secara terus menerus.

“Kondisi rumah banyak yang retak. Saya tadi buka pintu saja, kaca rumah langsung pecah,” tegasnya.

Oleh karena itu, Firman bersama warga lainnya lebih memilih untuk tinggal di tenda yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat.

“Sementara masih tinggal di tenda sampai kondisi dirasa sudah aman,” katanya.

Hal serupa dikatakan Siti Muflihah, warga Dusun Tanjunganyar, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura, Bawean, Gresik. Ia mengungkapkan, hingga kini warga masih ketakutan untuk kembali ke rumah masing-masing.

“Tadi kita masih merasakan gempa beberapa kali meski tidak sebesar kemarin getarannya,” ujarnya.

Mulihah menceritakan, sebenarnya warga yang sempat menyelamatkan dari naik ke dataran tinggi sudah mulai turun. Namun untuk tinggal di dalam rumah, rata-rata warga takut terjadi gempa susulan sehingga memilih tidur di tenda.

“Warga sudah turun gunung (dataran tinggi). Tapi belum berani masuk rumah,” tambahnya.

Ditambahkan Muflihah, warga yang turun dari dataran tinggi hanya mengecek kondisi rumah beserta barang-barang mereka. Setelahnya, mereka kembali keluar rumah dan memilih untuk tidur di tenda-tenda karena dianggap lebih aman.

“Setelah melihat kondisi rumah, mereka kembali ke tenda yang dibuat secara swadaya,” tegasnya.

Sementara itu dari catatan Badan Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan, sejak jumat (22/3/2024) telah terjadi gempa bumi di Laut Jawa dengan parameter OT: 11.22.45 wib Latitude :5,79 LS Longitude: 112,32 BT
Magnitudo 6,0 dengan kedalaman:10 km.

Gempa tersebut terjadi di laut 126 km Timur Laut Tuban. Gempa dirasakan mulai dari Pulau Bawean, Gresik; Tiban, Jepara, Lamongan, Bojonegoro, Surabaya, Kudus, Blora, Pekalongan, Nganjuk, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Sidoarjo, Madiun, Pasuruan, Malang, Semarang, Yogyakarta, Banjarmasin, Sampit, dan Barito Kuala.

“Penyebab gempa, sesar lokal di Laut Jawa dengan mekanisme sumber pergerakan sesar geser (strike slip). Gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami,” tegas Kepala Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan, Rully Oktavia Hermawan, Jumat (22/3/2024). (*)

Responsive Images

Tinggalkan komentar