IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Rancang Rencana Strategis, Perpusnas Gelar FGD di Bali

Avatar of Redaksi

 

FGD Perpusnas di Bali. (Angga Wijaya/kabarterdepan.co.)
FGD Perpusnas di Bali. (Angga Wijaya/kabarterdepan.co.)

Bali, Kabarterdepan, – Untuk menjaring aspirasi masyarakat dalam upaya menyusun perencanaan pembangunan perpustakaan di Indonesia khusus dalam menyusun rancangan awal Renstra Perpusnas 2025-2029, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI menggelar focus group discussion (FGD) di The Patra Bali Resort & Villas, Tuban, Badung, Bali, Senin (29/4/2024).

Responsive Images

FGD dihadiri Kepala Dinas Perpustakaan kabupaten/kota di Bali, pustakawan, pengelola perpustakaan desa, pegiat literasi, serta para kepala sekolah dan guru di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

Sekretaris Utama Perpusnas RI, Joko Santoso dalam sambutannya mengatakan, pihaknya terus meningkatkan kualitas perpustakaan di mana 84% perpustakaan di Indonesia berada di sekolah.

“Pemerintah telah menyusun dana alokasi sehingga sekolah-sekolah di Indonesia bisa membangun gedung perpustakaan lengkap dengan sarana dan prasarananya,” ujarnya.

Tak hanya itu, untuk meningkatkan minat baca generasi muda yang kini lebih akrab dengan konten digital, Perpusnas RI melakukan digitalisasi buku-buku koleksinya, sehingga mereka bisa membaca buku tidak hanya berupa buku cetak melainkan juga buku digital.

“FGD yang digelar di beberapa tempat di Indonesia termasuk Bali, ingin mencari masukan termasuk masalah yang dihadapi di daerah sehingga kami bisa rumuskan dalam menyusun rencana strategis perpustakaan nasional RI,” kata Joko Santoso.

Pada sesi diskusi yang berlangsung secara luring dan daring, terungkap beberapa hal menarik yang berhubungan dengan perpustakaan, di antaranya minat baca buku yang kian menurun, perubahan sistem pengajaran berkaitan dengan digitalisasi hingga penggunaan ponsel pintar di kalangan siswa terutama SD dan SMP yang masih menjadi polemik di masyarakat.

Ni Wayan Ayu Suciartini, seorang guru dan pegiat literasi misalnya, berbagi pengalaman saat ia dulu menjadi siswa, guru di sekolah memberikan daftar buku-buku yang wajib dibaca sehingga kemampuan literasi dan berpikir siswa dahulu sangat baik.

“Hal tersebut kini makin jarang atau bahkan tidak ada sama sekali. Berbeda dengan di negara maju, yang mana mewajibkan siswa membaca buku karya sastrawan kita seperti Pramoedya Ananta Toer. Di Indonesia justru apresiasi terhadap karya beliau masih sangat minim,” sebutnya.

Sementara itu, Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Bappenas Didik Darmanto mengatakan, pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas perpustakaan di Indonesia. Ini dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang literat, maju dan setara dengan negara lain.

“Cita-cita pemerintah mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045 akan bisa tercapai salah satunya dengan membangun perpustakaan berkualitas, sejalan dengan budaya membaca yang tinggi serta kemampuan literasi yang baik,” tutupnya. (Angga Wijaya)

Responsive Images

Tinggalkan komentar