IMM Toyota - Mojokerto
Kitoshindo
Birth Beyond

Pakar Sebut Program Tapera Bakal Menggerus Perekonomian Nasional

Avatar of Redaksi
Program Tapera
Prof Firmansyah, Pakar Ekonomi Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. (Ahmad/kabarterdepan.com)

Semarang, Kabarterdepan.com – Program Tapera (Tabungan Perumahan Rakyat) yang belakangan mengundang kontroversi, terutama di ranah publik, dikhawatirkan menggerus perekonomian nasional.

Demikian pendapat pakar ekonomi bisnis Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof Firmansyah.

Responsive Images

“Di era ekonomi modern yang dinamis, tantangan kompleks membutuhkan pemahaman mendalam. Sedangkan program iuran Tapera, belum sampai pada pemahaman pada tingkat pembuat kebijakan sudah dirilis sehingga di level publik langsung bereaksi,” ungkapnya ringan di kantornya Undip Tembalang, Semarang, Selasa (4/6/2024).

Sesungguhnya, lanjut Firmansyah, Indonesia membutuhkan alat analisis kuantitatif canggih sehingga alat analisis menjadi kunci untuk memahami dinamika ekonomi publik saat ini dan masa depan.

“Pembuat kebijakan belagak bodoh, padahal konsekuensi jangka panjangnya, ekonomi nasional tergerus. Ekonomi mikro kalau sudah goyang, pembuat kebijakan yang kelimpungan. Ekonomi nasional ambruk. Program Tapera inilah salah satu penyebabnya. Sekarang ini tahap pingsan,” imbuhnya.

Imbas Program Tapera

Fenomenanya, lanjutnya, cepat atau lambat pengurangan tenaga kerja meledak imbas program Tapera.

“Bonus demografi akan sekadar wacana belaka,” katanya sembari tersenyum sinis.

Dalam ekonomi mikro, tandasnya, program iuran Tapera menjadi pemicu makin terjepitnya kelompok ekonomi lemah, terutama kelompok yang menggantungkan finansial keluarga dari upah atau gaji pekerja atau buruh.

“Kalau ekonomi makro terjepit secara berkesinambungan, maka ekonomi makro tidak bergerak. Praktis produk domestik bruto (PDB) mengalami penurunan, bahkan stagnan. Kalau sudah begini, tinggal menghitung hari, terjadi revolusi atau pemberontakan. Sederhananya, ini soal perut, hajat hidup khalayak ramai,” urainya santai.

Program tersebut, imbuhnya, berisiko fatal, riskan dan berbahaya bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. (Ahmad)


Eksplorasi konten lain dari Kabar Terdepan

Mulai berlangganan untuk menerima artikel terbaru di email Anda.

Tinggalkan komentar