Kabupaten Mojokerto, Kabarterdepan.com – Pemkab Mojokerto mengadakan ritual unduh-unduh patirtaan setiap bulan Suro yang dilaksanakan selama tiga hari (4-6 Maret) 2024.
Ritual unduh-unduh patirtaan diawali dengan pengambilan mata air di 18 sumber mata air setiap Kecamatan se-Kabupaten Mojokerto, kemudian mata air tersebut dikumpulkan menjadi satu di Paseban Agung, Desa Trawas, Kecamatan Trawas sebagai bentuk wujud syukur dan menjaga kelestarian sumber air.
Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati serta sejumlah pejabat di lingkup Pemkab Mojokerto pun ikut hadir dan mengikuti prosesi percampuran mata air dari setiap kecamatan yang dibawa oleh camat masing-masing.
Setelah itu, percampuran mata air tersebut dilakukan secara lintas agama dan siramkan ke bibit bambu, dan ritual pun dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Bupati Ikfina.
Pada kesempatan itu, Bupati Ikfina menjelaskan, ritual budaya unduh-unduh patirtaan merupakan kegiatan upaya pelestarian lingkungan dan kegiatan budaya di Kabupaten Mojokerto yang menjadi suatu tradisi dari para leluhur.
“Jadi sebetulnya dari dulu kala masyarakat ini sudah melaksanakan secara sporadis. Desa-desa yang punya mata air itu kebanyakan berada di wilayah Pacet-Trawas, karena ini adalah daerah-daerah dataran tinggi di Kabupaten Mojokerto,” ucap Bupati Ikfina, Rabu (6/3) siang.
Mereka setiap kali ruwah selalu melakukan kegiatan bagaimana memohon kepada Yang Maha Kuasa supaya mata air di daerah mereka terus lestari dan terus diberikan mengalir untuk mengaliri tanaman mereka sebagai sumber air di daerah mereka,” imbuhnya.
Selain itu, digabungkannya sumber air tersebut, Bupati Ikfina menjelaskan, agar semua mata air yang telah didoakan dapat mengalirkan udara ke seluruh masyarakat di Bumi Majapahit.
“Jadi tradisi budaya dalam hal ini adalah bentuk simbol, udara itu dicampur dan didoakan kemudian saya sebagai kepala daerah menyiramkan ke bibit bambu, dan bambu ini adalah salah satu tanaman yang memang serapan daya simpan airnya itu sangat luar biasa, sehingga kemudian setelah itu saya siramkan kembali dan saya serahkan kepada seluruh camat,” jelasnya.
Lebih lanjut, percampuran udara dan disiramkan ke bibit bambu serta disampaikan kepada para camat, Bupati Ikfina mengatakan, hal tersebut sebagai bentuk pengukuhan tanggung jawab para camat untuk menjalankan tugas dalam melayani masyarakat, menjaga aktivitas lingkungan, serta berinteraksi terhadap mata air di tempatnya masing-masing.
Orang nomor satu di lingkup Pemkab Mojokerto juga menjelaskan, dalam melestarikan budaya dan kelestarian lingkungan juga harus didukung oleh seluruh elemen masyarakat.
Sehingga, bupati perempuan pertama di Kabupaten Mojokerto itu mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga dan melestarikan budaya dan sumber mata air untuk keberlangsungan pada generasi mendatang.
“Kegiatan ini juga dapat bersama-sama dilaksanakan setiap tahun untuk melestarikan budaya dan juga untuk menjaga keseimbangan alam khususnya di Kabupaten Mojokerto. Jaga dan lestarikan tanaman yang tumbuh di sekitar kita. Mencegah kerusakan alam dan itu adalah sumber kehidupan manusia,” tutupnya.
Diketahui, pada pelaksanaan ritual budaya unduh-unduh patirtaan juga dihadiri pex run, penamaan 1.000 pohon, edukasi hari air, serta penampilan berbagai kesenian daerah. Kegiatan ini sekaligus memperingati Peringatan Hari Air Sedunia, dan Hari Peduli Sampah Sedunia tahun 2024. (*)
Eksplorasi konten lain dari Kabar Terdepan
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.