Semarang, Kabarterdepan.com – Jumiati (55) tidak pernah tidur nyenyak. Gelombang air laut yang terus-menerus menghantam rumahnya, menjadi momok penderitaan baginya.
Rumah Jumiati berada di ujung Kampung Bahari Tambaklorok, Kota Semarang yang berada di kawasan pantai utara (pantura) Jawa Tengah.
“Kalau malam ombaknya sampai teras. Itu ada yang sudah jebol,” ucap Jumiati di rumahnya, Selasa (19/3/2024).
Warga Kampung Bahari Tambaklorok merasakan garis pantai terus berubah dan lambat laun semakin mendekati perkampungan.
“Dulu kalau mau ke laut harus jalan sampai capek, sekarang tinggal duduk sudah kecipratan air laut,” imbuhnya.
Selain itu, banjir rob seringkali merendam permukiman yang lumayan jauh dari pesisir. Hal tersebut sudah menjadi pemandangan lumrah.
Suharto (57), warga Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara mengaku sudah terbiasa dengan banjir rob.
“Dongkol rasanya kalau jam tiga pagi ada rob. Itu waktu enak-enaknya tidur,” katanya.
Sementara itu, Nila Ardhianie, Direktur Amerta Institute for Water Literacy, menambahkan, Semarang dan pesisir utara termasuk wilayah dengan penurunan muka tanah cukup tinggi yang akhirnya memperparah rob.
“Ada banyak faktor yang menyebabkan penurunan muka tanah di Semarang. Salah satunya adalah pengambilan air tanah yang berlebihan,” ujarnya.
Nila menegaskan, penurunan muka tanah diperparah dengan beban bangunan berlebih yang didirikan di atas tanah muda. (Ahmad)
Eksplorasi konten lain dari Kabar Terdepan
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.